Selat Hormuz Mau Ditutup Iran, Pasokan Minyak Mentah Pertamina Aman?

Achmad Fauzi Suara.Com
Senin, 23 Juni 2025 | 13:36 WIB
Selat Hormuz Mau Ditutup Iran, Pasokan Minyak Mentah Pertamina Aman?
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso/(Suara.com/Achmad Fauzi).

Suara.com - PT Pertamina (Persero) mulai menyusun strategi agar kapal-kapal tanker miliknya tidak mengalami kendala, setelah ada ancaman jalur Selat Hormuz oleh Iran.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengatakan, salah satu strateginya yaitu dengan menyiapkan rute-rute kapal ke jalur Aman. Misalnya, rute kapal dialihkan lewat Oman atau India.

"Pertamina telah mengantisipasi hal tersebut dengan mengamankan kapal kita, mengalihkan rute kapal ke jalur aman antara lain melalui Oman dan India untuk menjaga keberlangsungan rantai pasok," ujarnya kepada media, Senin (23/6/2025).

Fadjar mengakui, memang pelayaran minyak mentah global 20 persen-nya melalui selat Hormuz. Sehingga, jika ditutup, menurutnya akan berpengaruh terhadap pasokan minyak mentah dunia.

Ilustrasi kapal Pertamina - Recruitment Pertamina: Syarat, Cara Daftar dan Link Daftar. (Pertamina.com)
Ilustrasi kapal Pertamina - Recruitment Pertamina: Syarat, Cara Daftar dan Link Daftar. (Pertamina.com)

"Jika nanti ada penutupan selat Hormuz, dimana 20 persen pelayaran minyak mentah global melalui selat tersebut tentu sedikit banyak akan berdampak pada distribusi minyak mentah dunia," ucap dia.

Namun demikian, Fadjar memastikan, pasokan minyak mentah yang dimiliki Pertamina masih cukup untuk produksi Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Secara umum pasokan kita masih terkendali," imbuh dia.

Iran Mau Tutup Selat Hormuz

Iran berkali-kali mengancam akan menutup Selat Hormuz sebagai respons atas intervensi militer Amerika Serikat dalam konflik Iran-Israel.

Baca Juga: Pertamina International Shipping Mulai Lirik Kapal Buatan PT PAL

Ancaman ini bukan sekadar gertakan kosong, mengingat Selat Hormuz memiliki peran krusial dalam perdagangan energi global. Setiap gangguan di jalur ini berpotensi mengakibatkan krisis ekonomi berskala internasional.

Selat Hormuz merupakan satu-satunya jalur laut penghubung Teluk Persia dengan laut lepas. Sekitar 20 hingga 26 persen konsumsi minyak harian dunia, atau sekitar 20 juta barel per hari, melewati jalur sempit ini.

Negara-negara kaya minyak seperti Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Irak sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk ekspor minyak mereka.

Selain itu, selat ini juga menjadi jalur ekspor gas alam cair (LNG), terutama dari Qatar, eksportir gas terbesar di dunia.

Ketika jalur ini terganggu, distribusi energi global otomatis terdampak. Dalam skenario terburuk jika Iran benar-benar menutup selat ini, harga minyak mentah dunia bisa melonjak drastis.

Harganya bisa menyentuh angka USD 200 (sekitar Rp3.282.320) per barel, memicu inflasi global, resesi ekonomi, dan kekacauan pasar energi internasional.

Harga minyak dunia berpotensi USD 100

Kapal tanker minyak melewati selat hormuz (Reuters/Hamad I Mohammed)
Kapal tanker minyak melewati selat hormuz (Reuters/Hamad I Mohammed)

Para analis memperingatkan bahwa inflasi bisa meningkat kembali, dan harga minyak dunia hampir pasti akan melonjak.

Harga minyak diperkirakan naik sekitar USD 5 per barel saat pasar dibuka Minggu malam waktu AS.

"Kami memperkirakan harga minyak $80 pada pembukaan," ujar Andy Lipow dari Lipow Oil Associates, seperti dikutip dari CNN, Senin (23/6/2025).

Sejak Agustus 2024, harga minyak AS sebagian besar berada di kisaran USD 60 hingga USD 75 per barel dan belum menyentuh level USD 80 sejak Januari lalu.

Jika ketegangan berujung pada gangguan nyata di Selat Hormuz, maka dampaknya bisa jauh lebih besar. Menurut Andy Lipow, harga minyak bisa mencapai USD 100 per barel, yang akan menyebabkan harga gas dan solar naik sekitar 75 sen per galon dari level saat ini.

Di tengah krisis geopolitik ini, kebijakan perdagangan AS turut menambah tekanan. Joe Brusuelas menegaskan bahwa kombinasi konflik di Timur Tengah dan tarif yang diberlakukan Presiden Trump akan mendorong inflasi lebih tinggi dalam waktu dekat.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI