Gara-gara Konflik AS-Iran, Rupiah Terkapar di Level Rp 16.492 per Dolar AS

Achmad Fauzi Suara.Com
Senin, 23 Juni 2025 | 16:50 WIB
Gara-gara Konflik AS-Iran, Rupiah Terkapar di Level Rp 16.492 per Dolar AS
Petugas salah satu tempat penukaran mata uang asing menunjukkan uang rupiah dan dolar AS, Jakarta, Selasa (14/1/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Suara.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah signifikan pada perdagangan Senin, 23 Juni 2025. Rupiah turun 95 poin ke level Rp 16.492 per dolar AS, dari posisi penutupan sebelumnya di Rp 16.396 per dolar AS

Di awal perdagangan, rupiah bahkan sempat melemah hingga 115 poin sebelum berbalik sedikit menguat di akhir sesi.

Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuaibi, mngatakan pergerakan rupiah yang lesu tidak lepas dari kekhawatiran pelaku pasar terhadap meningkatnya eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah, setelah AS secara resmi terlibat dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.

"Pasar terus merespon negatif kondisi global yang terus meningkat akibat eskalasi di Timur Tengah terus memanas setelah AS ikut bersama Israel melakukan penyerangan terhadap fasilitas nuklir Iran, yang membuat harga minyak mentah melambung tinggi," ujar Ibrahim kepada wartawan, Senin (23/6/2025).

Petugas menghitung uang pecahan 100 dolar di Ayumas Money Changer, Jakarta Pusat, Kamis (19/3). [Suara.com/Alfian Winanto]
Petugas menghitung uang pecahan 100 dolar di Ayumas Money Changer, Jakarta Pusat, Kamis (19/3). [Suara.com/Alfian Winanto]

Presiden Donald Trump mengklaim bahwa serangan tersebut menghancurkan tiga situs nuklir penting milik Iran dan menyebutnya telah menyebabkan "kerusakan monumental".

Namun, kebenaran klaim tersebut belum dapat diverifikasi secara independen. Saat ini pasar tengah mencermati respons Teheran terhadap serangan tersebut, termasuk kemungkinan ekstrem seperti penutupan Selat Hormuz, jalur vital distribusi minyak global.

Kekhawatiran meningkat lantaran Iran dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk memblokade Selat Hormuz. Langkah ini akan sangat mengganggu pengiriman minyak dan gas ke Asia dan Eropa, serta berpotensi menimbulkan gangguan ekonomi global yang lebih luas.

"Ketegangan geopolitik yang berdampak pada harga minyak akan memberi tekanan besar terhadap ekonomi Indonesia, mengingat kita bukan lagi eksportir minyak bersih. Kenaikan harga minyak mentah akan langsung berdampak pada biaya impor dan tekanan terhadap neraca perdagangan," jelas Ibrahim.

Indonesia, yang saat ini mengimpor sekitar 1 juta barel minyak mentah per hari, sangat rentan terhadap gejolak harga minyak global. Kondisi ini semakin diperparah dengan pelemahan rupiah, yang turut memperbesar nilai pembayaran impor dalam mata uang lokal.

Baca Juga: 'Ramalan' Cak Nun 12 Tahun Lalu Terbukti: Iran Diserang, Saudi Bela Israel, Indonesia Terbelah

Ibrahim juga menyoroti potensi implikasi fiskal dari pelemahan rupiah dan lonjakan harga minyak mentah. "Pelemahan rupiah dianggap akan membawa implikasi fiskal yang cukup serius, terutama terhadap beban subsidi pemerintah," ujarnya.

Jika pemerintah tetap mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi seperti Pertalite dan Solar, maka selisih harga keekonomian dan harga jual kepada masyarakat harus ditanggung melalui tambahan subsidi dari APBN. Hal ini berisiko memperlebar defisit anggaran negara.

Di sisi lain, Bank Indonesia terus melakukan berbagai intervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Langkah yang dilakukan antara lain intervensi transaksi NDF (Non-Deliverable Forward) di pasar luar negeri, transaksi spot, dan DNDF di pasar domestik, serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Menurut Ibrahim, langkah-langkah tersebut penting untuk menenangkan volatilitas di pasar keuangan dalam negeri. Namun, jika tekanan eksternal tidak reda, maka pelemahan rupiah bisa terus berlanjut.

Prediksi Rupiah Besok

Untuk perdagangan Selasa (24/6), Ibrahim memproyeksikan pergerakan rupiah akan tetap fluktuatif, namun diperkirakan dapat ditutup menguat terbatas di kisaran Rp 16.450 – Rp 16.500 per dolar AS, seiring potensi aksi ambil untung dan penguatan teknikal jangka pendek.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI