Mendag Sebut Ada Negara Takut Teken Perjanjian Dagang Indonesia

Achmad Fauzi Suara.Com
Kamis, 03 Juli 2025 | 18:10 WIB
Mendag Sebut Ada Negara Takut Teken Perjanjian Dagang Indonesia
Menteri Perdagangan Budi Santoso. (Suara.com/Bagaskara)

Suara.com - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyebut ada negara yang terus-menerus memundurkan kesepakatan perjanjian dagang dengan Indonesia. Padahal, sebelumnya kedua belah pihak tersebut sudah menyepakati perjanjian dagang tersebut.

Sayangnya, Mendag Budi tidak merinci siapa negara mana yang merasa takut berdagang dengan Indonesia.

"Kami sudah sepakat bahwa atau sudah ada joint commitment untuk menyelesaikan perjanjian itu. Tetapi diundur-undur," ujarnya dalam acara perayaan lima tahun berlakunya Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta Pusat, Kamis (3/7/2025).

Menurutnya, negara tersebut menyampaikan kekhawatiran bahwa melanjutkan perjanjian dagang justru akan memperlebar defisit neraca perdagangan mereka dengan Indonesia.

Suasana bongkar-muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (11/4/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Suasana bongkar-muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (11/4/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

"Kemudian mereka bilang, Pak jangan diteruskan dulu. Kalau nanti kita teruskan perjanjian, kami semakin defisit dengan Indonesia," imbuhnya.

Mendag menegaskan, perjanjian dagang tidak bertujuan untuk menciptakan ketimpangan, melainkan membuka akses pasar kedua belah pihak secara adil. Ia menolak anggapan bahwa perjanjian semacam itu akan merugikan salah satu pihak.

"Kalau kita memang butuh barang dari negara lain, kita butuhkan barang modal ataupun yang tidak kita produksi, apa salahnya? Demikian juga sebaliknya," katanya

Namun demikian, tambah Mendag, kekinian perundingan perjanjian dagang dengan negara tersebut sudah kembali berjalan.

"Tapi setelah kita kasih pengertian bahwa tujuan kita itu bagus, sekarang sudah dimulai perundingan. Sudah mulai duduk bersama, karena mungkin berpikirnya mereka tidak seperti itu," bebernya.

Baca Juga: Rapat Bahas Defisit APBN, DPR Malah Usul Anggaran iPad ke Sri Mulyani

Neraca Perdagangan Surplus

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa neraca perdagangan Indonesia telah mencetak surplus selama 61 bulan berturut-turut, sebuah pencapaian yang luar biasa sejak Mei 2020. 

Data terbaru hingga Mei 2025 menunjukkan performa ekspor yang impresif, jauh melampaui impor, mengukuhkan posisi Indonesia sebagai negara yang resilient di kancah perdagangan internasional.

Total nilai ekspor Indonesia sepanjang periode Januari hingga Mei 2025 sukses menembus angka US$111,98 miliar. Angka ini melonjak signifikan sebesar 6,98 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024, sebuah sinyal kuat akan daya saing produk-produk nasional di pasar global. 

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi persnya menjelaskan bahwa kontribusi utama kenaikan nilai ekspor datang dari industri pengolahan sebesar 12 persen.

"Nilai ekspor total, migas dan nonmigas tercatat US$111,98 miliar," ujar Pudji Ismartini.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI