Nilai Tukar Rupiah Anjlok Lagi di Kamis Pagi

Kamis, 25 September 2025 | 10:03 WIB
Nilai Tukar Rupiah Anjlok Lagi di Kamis Pagi
Nilai tukar rupiah anjlok pada Kamis pagi (25/9/2025) ke level terendah sejak April 2025 . [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • Rupiah anjlok di Kamis pagi setelah sempat menguat pada penutupan perdagangan Rabu kemarin.
  • Kebijakan Menkeu Purbaya belum bisa diterima pasar.
  • The Fed akan menurunkan suku bunga 25 basis poin pada Oktober dan total 50 basis poin hingga akhir tahun. 

Suara.com - Nilai tukar rupiah terus anjlok di pasar spot pada perdagangan hari ini, Kamis (25/9/2025), rupiah dibuka di level Rp 16.735 per dolar Amerika Serikat (AS).

Hal Ini membuat rupiah melemah 0,29 persen dibanding penutupan pada hari sebelumnya ke level Rp 16.685 per dolar AS. Ini jadi level terburuk rupiah sejak akhir April 2025.

Hingga pukul 09.20 WIB, mata uang Indonesia masih terkapar di Asia. Bahkan rupiah kalah dengan, won Korea Selatan yang menjadi mata uang dengan penguatan terbesar setelah melonjak 0,35%.

Sedangkan, peso Filipina menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam setelah ambles 0,55 persen, diikuti dolar Taiwan yang terkoreksi 0,27 persen.

Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menilai faktor domestik juga ikut berperan ke pelemahan rupiah. Menurutnya, pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi sempat menimbulkan penyesuaian ekspektasi pasar.

"Kemudian di sisi lain pun juga kita melihat bahwa kebijakan-kebijakan saat ini pun juga masih belum diterima oleh pasar, apa yang dilakukan oleh Purbaya,” ujar Ibrahim saat dihubungi Suara.com

Dari sisi eksternal, ia memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga 25 basis poin pada Oktober dan total 50 basis poin hingga akhir tahun. Sehingga rupiah masih terus terjadi pelemahan.

Sebelumnya rupiah sempat menguat tipis pada penutupan perdagangan Rabu sore (24/9/2025) menguat tipis sebesar 3 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.684 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.688 per dolar AS.

Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengungkapkan bahwa penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi komentar Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dan Gubernur Michelle Bowman.

Baca Juga: Rupiah Melemah ke Rp16.426 per Dolar AS, BI Janji Terus Jaga Stabilitas

“Powell menekankan bahwa sinyal pelemahan pasar tenaga kerja AS mendorong the Fed untuk menyeimbangkan kembali prospek risikonya, dan mengafirmasi alasan penurunan suku bunga,” katanya Pardede.

Lebih lanjut, Powell juga mencatat dampak inflasi dari kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) sejauh ini berada di bawah ekspektasi, sehingga memberikan ruang kebijakan The Fed yang lebih longgar.

Adapun Bowman, memperingatkan para pembuat kebijakan berisiko tertinggal dari kurva. Dia menekankan urgensi penurunan suku bunga lebih awal untuk mendukung pasar tenaga kerja yang melemah.

Melihat sentimen dari dalam negeri, pasar disebut tengah menunggu sinyal prospek kebijakan The Fed.

Selain itu, terdapat kekahwatiran dari para investor atas defisit fiskal yang melebar menyusul pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

“Target defisit direvisi naik menjadi 2,68 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) dari 2,48 persen pada pengumuman Agustus 2025, meskipun masih di bawah prospek defisit 2025 sebesar 2,78 persen dari PDB,” ucap Josua.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI