-
Citi Indonesia memprediksi tahun 2026 akan menjadi tahun yang menantang bagi investasi di Indonesia.
-
Vietnam menjadi pesaing utama karena reformasi birokrasi dan iklim investasinya lebih menarik.
-
Indonesia perlu memperbaiki iklim investasi dan mengurangi hambatan perdagangan agar mampu menarik lebih banyak FDI
Suara.com - Citibank NA Indonesia (Citi Indonesia) memperkirakan investasi di Indonesia akan menantang di 2026.
Hal ini dikarenakan beberapa negara Asia Tenggara menjadi pesaing Indonesia dalam mendapatkan calon investor
Chief Economist di Citi Indonesia Helmi Arman mengatakan, di tahun 2026 tantangan ekonomi masih cukup besar.
Termasuk dalam meraih Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi langsung dari luar negeri.
"Kita perlu lebih banyak kebijakan-kebijakan dalam meraih global FDI itu tahun ini. Karena FDI melambat secara global itu kontraksi," ujarnya saat berbincang dengan Media di Langham Hotel, Rabu (5/12/2025).
Menurut dia, FDI untuk ASEAN masih tumbuh. Apalagi Investasi yang masuk ke ASEAN masih cukup besar.
![Chief Economist di Citi Indonesia Helmi Arman saat berbincang dengan Media di Jakarta, Rabu (5/11/2025). [Suara.com/Rina]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/11/05/68955-chief-economist-di-citi-indonesia-helmi-arman.jpg)
Namun, Indonesia harus berusaha keras dikarenakan Vietnam menjadi kompetitor dalam mendapatkan calon investor.
"Tapi kita ada kompetitor berat. Jadi Vietnam. Sehingga banyak FDI yang masuk ke sana," ucap Helmi Arman.
Dia memaparkan banyaknya investasi yang masuk ke Vietnam dikarenakan birokrasi penanaman modal yang cukup mudah.
Baca Juga: R&I Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia di BBB+, Bukti Ekonomi Tangguh di Tengah Gejolak Global
Apalagi, ekonomi Vietnam terus mengalami pertumbuhan dibandingkan Indonesia.
"Vietnam ini reformasi strukturalnya jauh lebih kencang dari kita. Dari sisi satu, reformasi birokrasi. Mereka kabinetnya itu diperkecil kemarin bulan Maret. Kementerian dibuat lebih sedikit. Supaya koordinasinya bagus," jelasnya.
Dia pun menyarankan agar Indonesia terus memperbaiki iklim investasinya.
Salah satunya mengurangi berbagai hambatan di sektor perdagangan.
"Growth nggak akan sustainable kalau investasinya seret. Yang mudah-mudahan setelah konsolidasi politik, kita menunggu fokusnya diarahkan kembali ke reformasi struktural. Misalkan dengan mengurangi berbagai hambatan perdagangan, tambahkan berusaha," pungkasnya.