- PT Freeport Indonesia mempersiapkan operasi tambang bawah tanah Grassberg Block Caving menyusul penghentian akibat longsor menewaskan tujuh pekerja.
- Target operasi bertahap tambang tersebut ditetapkan pada triwulan pertama tahun 2026, dengan pemulihan total tahun 2027.
- Penghentian tambang ini berdampak signifikan karena menyumbang sekitar 70 persen dari total produksi emas dan tembaga Freeport.
Suara.com - PT Freeport Indonesia (PTFI) mulai melakukan persiapan untuk mengoperasikan kembali tambang bawah tanah Grassberg Block Caving Tembagapura, Mimika, Papua Tengah. Operasional tambang tersebut sebelumnya diberhentikan imbas longsor yang menyebabkan 7 pekerja meninggal dunia.
Direktur Utama Freeport Indonesia, Tony Wenas, mengakui butuh waktu yang panjang untuk bisa kembali mengoperasikan tambang bawah tanah tersebut. Diproyeksikan, Grassberg Block Caving bisa beroperasi di pada Maret 2026.
"Kita terus melakukan pemulihan tambang Grassberg Block Caving dengan target untuk dapat mulai mengoperasikan tambang ini pada 3 bulan pertama 2026," ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Senin (24/11/2025).
![Pekerja menyusuri tunnel tambang bawah tanah DOZ PT Freeport Indonesia di Tembagapura, Papua, Selasa (19/8). PT Freeport Indonesia mengoptimalkan penambangan underground DOZ dan Deep MLZ sebagai transisi produksi mineral Grasberg open pit yang akan berhenti pada awal tahun 2017. [Antara/Puspa Perwitasari]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2014/08/20/freeport2-e1408524255956.jpg)
"Kalau dilihat dari timeline-nya, kejadian di tanggal 8 September, kita fokus pada pencarian karyawan yang terperangkap. Kemudian setelah ditemukan semuanya, di minggu pertama bulan Oktober kita melakukan proses investigasi bersama dengan main inspektur atau inspektur tambang, dengan kementerian SDM, dan beberapa ahli-ahli kita melakukan investigasi dan juga evaluasi," tambah Tony.
Selanjutnya, Ia mengungkapkan, Freeport akan melakukan pembersiahan material longsor di Grassberg Block Caving pada bulan November-Desember.
Kemudian, Tony menuturkan, manajemen juga akan memperbaiki infrastruktur tambang bawah tanah yang rusak.
"Karena pada saat longsoran terjadi, banyak infrastrukturnya yang juga rusak, dan membutuhkan waktu sebelum kami bisa memulai operasional di tambang, tapi hanya sebagian besar karena sebagian kecil yang terkena dampak tersebut masih akan kita verifikasi secara bertahap untuk dapat memulainya kembali," ucapnya.
Namun begitu, Tony menyebut, meskipun telah beroperasi, tapi produksi tambang bawah tanah tersebut belum bisa maksimal. Dia menargetkan operasional bisa kembali normal pada tahun 2027.
"Jadi, maret 2026 secara betahap. Operasi full di tahun 2027," bebernya.
Baca Juga: Freeport Pede Setoran ke Negara 2025 Rp 70 Triliun di Tengah Produksi Turun, Kok Bisa?
Jadi Penyumbang Produksi Terbesar
Menurut Tony, berhentinya tambang bawah tanah Grassberg Block Caving ini berdampak pada produksi Freeport. Pasalnya, tambang tersebut penyumbang terbesar dari nilai produksi emas maupun tembaga.
Dia memaparkan, kontribusi produksi dari tambang bawah tanah tersebut mencapai 70 persen dari total produksi Freeport.
"Grassberg Block Caving, ini yang paling besar, ini yang terdampak dengan luncuran material basah tersebut, ini memproduksi dari bijihnya sekitar 150 ribu ton per hari," pungkasnya.