- Pengusaha cokelat Bali, I Kadek Surya Wiguna, menyatakan gaji petani kakao Indonesia dapat mencapai Rp 10 juta per bulan.
- Peningkatan pendapatan petani dimungkinkan dengan optimasi hasil panen menjadi 1,5 hingga 2 ton per hektare menggunakan pertanian organik.
- Cau Chocolates menerapkan *loyalty pricing*, membeli kakao petani di atas harga pasar sebagai imbalan kepatuhan standar kualitas organik.
“Walaupun harga saat ini turun, harga di Cau Chocolates saat ini mencapai angka Rp 85 ribu per kilo, atau katakan 4.900 per ton, kita bisa cek semua ya, kami tetap membeli dengan harga Ro 100 ribu atau lebih dari angka harga dunia,” ungkapnya.
Ia menyebut kalau kemitraan Cau Chocolates dengan para petani kakao berupa loyalty pricing. Artinya, pembelian dengan harga yang baik harus diikuti dengan kualitas dan mutu yang baik.
Pertama, lanjut Wiguna, para petani kakao ini akan menerima pembinaan dari tim Cau Chocolates langsung di lapangan. Mereka bakal dibantu cara bertani organik yang tepat.
![Ilustrasi Kakao | Foto: Buah kakao yang berada di perkebunan Bali, Selasa (25/11/2025). [Suara.com/Dicky Prastya]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/11/25/39478-ilustrasi-kakao-buah-kakao.jpg)
“Sehingga mereka memiliki kebun yang baik dan benar,” katanya.
Berikutnya, para petani diajak menghasilkan kakao dengan produktivitas yang tinggi. Salah satu caranya adalah menggunakan konsep pertanian organik.
“Target kita adalah bagaimana menghasilkan satu pohon, itu paling tidak dua kilo biji kering. Katakanlah kalau biji basahnya berarti kali tiga, enam kilo. Nah dengan hasil seperti itu, dengan satu pohon dua kilo, maka kita bisa memastikan orang yang ada atau orang petani-petani yang hidup dari ekosistem coklat-coklat itu pasti akan sejahtera. Kenapa? Karena mereka bisa mendapatkan pendapatan sampai dengan Rp 10 juta per bulan untuk setiap satu hektare lahan,” pungkasnya.