Bagaimana Negara-negara Teluk Menghadapi Sejarah Perbudakan?

Jum'at, 11 Februari 2022 | 16:20 WIB
Bagaimana Negara-negara Teluk Menghadapi Sejarah Perbudakan?
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Kisah perbudakan tidak berakhir pada tahun 1952," kata Abdullah.

"Orang-orang perlu fokus pada eksploitasi manusia hari ini dan bagaimana kita bisa mengubahnya."

"Di media sosial, orang-orang semakin membahas perbudakan di Teluk, akar sosial, dan etnisnya dengan referensi khusus untuk populasi kulit hitam lokal,” kata Alebrahim, seraya menambahkan, "Dalam beberapa tahun terakhir, lingkungan akademisi dan generasi baru akademisi Teluk lebih tertarik pada sejarah perbudakan."

Langkah lain untuk pengakuan datang tahun lalu, ketika Al-Awadi menerbitkan "The History of Slaves in the Gulf," salah satu publikasi Arab pertama tentang topik tersebut.

"Selama bertahun-tahun, ketika menceritakan sejarah Teluk, kami berfokus pada orang-orang perkotaan, orang terkenal, orang kaya, penguasa, dan elit," kata Al-Awadi. "[Ini telah terjadi] dengan mengorbankan terkadang membungkam, melewatkan, mengabaikan, meminggirkan perempuan, orang miskin, budak, orang-orang yang tidak memiliki suara. "Buku ini bisa menjadi awal budaya baru,” tambahnya. (ha/yf)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI