"Namun, perubahan ini harus diterapkan dengan menggunakan undang-undang yang memastikan bahwa pengurangan jam kerja berdampak pada semua industri, sektor, dan gender," tambahnya.
Merugikan pekerja kasual
Namun, tidak semua usulan menyebut hasil positif dari perubahan ini, khususnya bagi kalangan pekerja kasual dan pekerja kontrak.
Seorang pakar hukum dari University of Canberra, Bruce Baer Arnold, menyebutkan seringkali kelompok pekerja rentan akan diminta bekerja di luar jam kerja demi membuktikan diri mereka layak untuk terus dipekerjakan.
Bagi pekerja seperti ini, kata Dr Arnold, mengurangi hari kerja mingguan menjadi empat hari justru akan memperburuk keadaan.
"Pekerja yang sangat terampil tapi bukan pegawai tetap, tak berhak mendapat cuti panjang atau hak lainnya, secara diam-diam diminta bekerja lebih lama," katanya.
"Pengurangan hari kerja mingguan yang direncanakan ini tak bisa mengatasi pengalaman para pekerja rentan dan keluarga mereka," tambahnya.
Menurut psikolog Hannah Korrel, jika perubahan diterapkan, bisa jadi perusahaan atau kantor memberikan lebih banyak pekerjaan dalam waktu yang lebih sedikit.
"Empat hari kerja seminggu secara teori itu luar biasa. Tapi kekurangannya adalah karena orang melakukan pendekatan yang salah dan mencoba memadatkan lima hari kerja menjadi empat hari," katanya.
"Seharusnya bukan bekerja 35 jam dalam empat hari, melainkan bagaimana menyesuaikan beban kerja dalam empat hari tapi tetap meningkatkan produktivitas," jelasnya.
Baca Juga: Siapkah Australia Terapkan Sistem Kerja Empat Hari Seminggu?
Untuk jajaran pemerintah saja
Dr Arnold mengatakan meskipun Pemerintah ACT ingin mengambil keputusan progresif, mereka hanya dapat menerapkan empat hari kerja seminggu untuk pegawai negeri.