Hepatitis Akut, Epidemiolog: Kita Rawan karena Jumlah Anak Kita Banyak

SiswantoABC Suara.Com
Selasa, 10 Mei 2022 | 12:09 WIB
Hepatitis Akut, Epidemiolog: Kita Rawan karena Jumlah Anak Kita Banyak
Ilustrasi hepatitis akut (Elements Envato)

Suara.com - Hingga hari ini  (09/05), Indonesia sudah mencatat empat kematian anak yang diduga disebabkan oleh hepatitis akut.

Ketiga anak yang menurut Kemenkes datang ke fasilitas kesehatan pada kondisi stadium lanjut tersebut meninggal di Jakarta, sementara seorang anak meninggal di Tulungagung, Jawa Timur pada hari Jumat (06/05).

Dalam tiga kasus pertama, anak berusia 2 tahun sudah mendapatkan vaksinasi hepatitis, usia delapan mendapatkan vaksinasi COVID-19 satu kali dan vaksin hepatitis lengkap, dan usia 11 tahun sudah mendapatkan vaksinasi COVID-19 dan hepatitis lengkap.

Ketiga anak tersebut negatif COVID-19 dan berdasarkan hasil investigasi, satu kasus memiliki penyakit penyerta.

Umumnya, gejala awal dari penyakit hepatitis akut ini adalah mual, muntah, sakit perut, diare, dan terkadang deman ringan. Namun bila semakin parah, gejala seperti warna pekat seperti teh pada urine dan warna putih pucat pada feses juga akan dialami.

Beberapa sumber juga mencatat pasien mengalami jaundis, atau kondisi di mana mata dan selaput lendir berubah menjadi warna kuning.

Dalam pernyataan Kemenkes, diduga bahwa penyakit yang pertama kali terdeteksi di Skotlandia ini disebabkan oleh Adenovirus.

Sementara itu, ada dugaan bahwa strain virus ini juga merupakan gabungan dari adenovirus dan COVID, atau berkaitan dengan infeksi COVID sebelumnya.

Dalam jumpa pers tanggal 5 Mei, juru bicara Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa ketiga kasus hepatitis akut di Jakarta masuk ke dalam "kriteria pending klarifikasi".

Baca Juga: Hepatitis Akut Menyerang Dunia, Pemerintah Didesak Buat Protokol Demi Cegah Korban Jiwa

"Masih ada pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan terutama pemeriksaan adenovirus dan pemeriksaan Hepatitis E yang membutuhkan waktu antara 10 sampai 14 hari ke depan” ucap dr Nadia.

'Sesuatu yang tidak normal, serius'

Menurut Meera Chand, direktur infeksi klinis di Agen Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), lima kasus pertama penyakit ini terdeteksi di Skotlandia pada 31 Maret lalu oleh "dokter yang menyadari keberadaan sesuatu yang tidak biasa".

Kelima anak ini tidak memiliki virus hepatitis A, B, C D, dan E. 

Para dokter di Skotlandia melihat keanehan, karena biasanya dalam setahun bisa muncul empat hingga lima hepatitis yang tidak diketahui jenisnya.

Dr Meera mengatakan penyakit ini kemungkinan muncul pada anak yang telah menghabiskan "masa pertumbuhan"nya di tengah berlakunya protokol anti-COVID, seperti lockdown dan pemakaian masker selama dua tahun terakhir.

Ini menyebabkan imunitas atau kekebalan tubuh terhadap Adenovirus mereka tidak terbentuk.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI