Undang-undang Thailand melarang ibu hamil, menyusui atau anak-anak di bawah 20 tahun untuk mengonsumsi ganja.
"Dan [polisinya mengatakan] kalau ada yang melanggar aturan ini, kami harus menghentikan mereka ... kami menyambut aturan ini."
Sejauh ini, Carl belum bertemu dengan siapapun yang tidak menyetujui aturan baru tersebut.
"Thailand sudah seperti Amsterdam baru," ujar Carlos Oliver, seorang turis asal Inggris yang sedang menginap di resor tersebut.
"Kami tiba [di Thailand] waktu ganja masih belum ada, lalu sebulan kemudian kita bisa membeli ganja di mana pun, di bar, kafe, atau bahkan di jalan. Jadi kami mengisapnya dan berpikir keren banget ini."
'Tak pernah terpikir akan terjadi'
Di ibukota Thailand, Bangkok, bisnis ganja yang baru muncul setiap pekannya.
Seorang warga bernama Kitty Chopaka masih tidak percaya kalau dirinya boleh menjual ganja selain dari permen rasa ganja di tokonya di daerah Sukhumvit.
"Ya ampun, saya tidak pernah terpikir hal seperti ini akan terjadi," ujar pendukung setia dilegalkannya ganja tersebut.
Kitty mengatakan muncul kebingungan di apotek, serta di kalangan pelanggannya, setelah pemerintah menegaskan ganja hanya boleh digunakan untuk keperluan pengobatan dan terapi saja.
Baca Juga: Legislator Aceh Usul Rancangan Qanun Legalisasi Ganja Medis Jadi Skala Prioritas
Ekstrak ganja harus memiliki kurang dari 0,2 persen bahan kimia psikoaktif THC, namun belum ada undang-undang yang mengatur tumbuhannya yang dikeringkan.