Sendiri di Usia Senja: Kisah Putri Pahlawan Kusumah Atmadja yang Tinggal di Kontrakan

Galih Prasetyo Suara.Com
Minggu, 10 November 2024 | 13:55 WIB
Sendiri di Usia Senja: Kisah Putri Pahlawan Kusumah Atmadja yang Tinggal di Kontrakan
Rumah kontrakan putri pahlawan nasional Kusumah Atmadja, Siti Saubatih yang berlokasi di kawasan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi [Suara.com/Mae Harsa]

Suara.com - Di sebuah rumah kontrakannya yang sudah ditempati selama enam tahun, Siti Saubatih (75) menjalani hari-harinya dengan sederhana seorang diri.

Dari tiga anaknya, kini tersisa satu yang masih hidup dan telah berumah tangga. Namun, rumah Siti dan anaknya saling berdekatan hanya terpisah oleh satu gang.

Siti Saubatih adalah putri ke-13 dari 14 bersaudara, anak dari pahlawan nasional bidang hukum RI yakni Prof. Mr. Dr. R. Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja atau yang kerap disapa Kusumah Atmadja.

“Tinggal sendiri, anak saya di Blok 5, beda satu gang. Jadi dia suka nengok-nengok aja,”
kata Siti saat ditemui di kediamannya, di Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, Sabtu (9/10/2024).

Putri Pahlawan Nasional Kusumah Atmaja Siti Saubati (75) yang tinggal di Blok JA, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi. [Suara.com/Mae Harsa]
Putri Pahlawan Nasional Kusumah Atmaja Siti Saubati (75) yang tinggal di Blok JA, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi. [Suara.com/Mae Harsa]

Di usia senjanya, Siti mengungkap kesehariannya penuh dengan keterbatasan fisik akibat kondisi kesehatannya yang terus menurun.

Sekedar berjalan saja Siti harus dibantu oleh orang lain atau jika sedang sendiri terpaksa ia harus merambat benda-benda di sekitarnya. Belum lagi pendengarannya juga mulai menurun.

Kondisi seperti itu semakin menyiksanya ketika ia harus melakukan kontrol rutin ke rumah sakit.

"Ya kondisi saya memang sakit-sakitan. Tiap bulan (kontrol ke rumah sakit). Kalau di rumah sakit suka lihat ada yang pakai tongkat bantu jalan kan, pengen gitu punya,” ujarnya.

Setiap kali berjalan di lorong rumah sakit, Siti kerap melihat pasien lain berjalan dengan tingkat jalan. Dalam hati Siti pun selalu bergumam ingin sekali memiliki tongkat jalan tersebut.

Baca Juga: Apresiasi Pahlawan Bangsa, BRI Salurkan Beasiswa Pendidikan untuk Keluarga TNI-Polri

“Kalau ke dokter suka lihat ini (tongkat jalan) sambil bertanya dalam hati kapan ya bisa punya tongkat seperti itu,

Tak sampai di situ, setelah kontrol ke dokter Siti pun harus meminum 17 butir obat setiap harinya demi menjaga kondisi tubuhnya tetap stabil.

“Dikasih obat zat besi, macam-macam banyak banget, saya minum 17 butir obat (setiap hari),” ujarnya.

Meski sudah mengkonsumsi 17 macam obat setiap harinya, Siti juga mengalami kesulitan dalam hal nafsu makan. Apalagi jika harus mengkonsumsi nasi. Ia lebih memilih untuk makan kentang sebagai pengganti karbohidratnya.

"Saya nggak bisa akhirnya lihat nasi. Kentang aja saya mesti bikin sambal terasi. Saya colek kentang kukus (ke sambal terasi), itu baru bisa masuk,” tuturnya.

Siti mengaku, meski menyandang status anak pahlawan, namun selama ini tidak pernah ada pihak dari pemerintah yang menengok kondisinya secara langsung. Meskipun, diakuinya bantuan secara materil masih kerap ia terima.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI