Ada beberapa program beasiswa yang diberikan oleh Baznas sebagai bentuk penyaluran dana ZIS, yakni beasiswa Cendekia Baznas, beasiswa Riset Baznas, Beasiswa Kemitraan Baznas, beasiswa Santri. Selain beasiswa, ada pula beberapa program unggulan Baznas yang terus berkomitmen memberikan solusi nyata meningkatkan kesejahteraan umat, yakni program Rumah Sehat Baznas, Baznas Microfinance, Kampung Zakat, Santripreneur, Z-Chicken, Z-Mart, Rumah Layak Huni, Baznas Tanggap Bencana dan Pengentasan Kemiskinan Ekstrem dan Stunting.
Sementara itu, Deputi II Baznas RI Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Imdadun Rahmat menjelaskan, sejak program beasiswa ini diluncurkan, Baznas telah bekerja sama dengan 38 lembaga yang terdiri atas 18 lembaga dengan fokus disabilitas, 11 lembaga yang berada di wilayah 3T dan komunitas adat yang tersebar di seluruh Indonesia.
Di tahun 2024 ini, program beasiswa kemitraan khusus ini mendapatkan antusias tinggi. Hal ini terbukti dengan masuknya 56 lembaga yang mendaftarkan diri sebagai penerima beasiswa. Setelah melalui proses seleksi yang ketat, Baznas memberikan beasiswa kepada 20 lembaga yang fokus pada sektor pendidikan. Lembaga-lembaga terpilih ini terdiri atas lima lembaga yang fokus pada komunitas adat, empat lembaga yang fokus pada wilayah 3T, dan 11 lembaga yang fokus pada disabilitas. Masing-masing lembaga penerima beasiswa akan mendapat bantuan selama satu tahun dalam bentuk hibah sebesar Rp50 juta per lembaga. Dana hibah tersebut bersumber dari dana ZIS.
“Harapannya program yang sangat baik ini bisa betul-betul dimanfaatkan kebaikannya untuk membantu anak-anak generasi kita yang memerlukan supoort mendapatkan akses atau kesempatan pendidikan layak dan berkualitas,” ujar Imdadun Rahmat.

Memperbaiki Lingkungan dan Ekonomi Masyarakat Adat
Jejak Baik Pohon menjadi salah satu dari total 20 lembaga penerima beasiswa kemitraan khusus dari Baznas di tahun 2024. Jejak Baik Pohon telah resmi terdaftar sebagai filantropi atau yayasan di Kementerian Hukum dan HAM RI dan berkantor di Samarinda, Kalimantan Timur.
Yayasan ini memilih lokasi Muara Badak, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur sebagai lokasi pilot project karena wilayah ini merupakan bagian dari Delta Mahakam yang kaya akan keanekaragaman hayati dan non hayati, namun terancam rusak akibat pembabatan hutan mangrove yang digantikan dengan tambak. Terlebih masyarakat adat Muara Badak juga mulai mengeluhkan adanya penurunan produktivitas tambak, kualitas air makin buruk, munculnya gulma nase, penyakit white spot dan ketersediaan pakan alami untuk udang yang semakin rendah. Padahal, tambak merupakan mata pencaharian utama masyarakat adat setempat.
Meski demikian, masyarakat adat Muara Badak tidak memiliki pengetahuan yang mumpuni untuk memperbaiki situasi alam dan ekonomi yang mereka hadapi. Oleh karena itulah, Jejak Baik Pohon bersama Baznas hadir untuk memberikan bantuan pendidikan dan pemberdayaan yang berkelanjutan kepada masyarakat adat Muara Badak.
Zulkarnain selaku Ketua Yayasan Jejak Baik Pohon mengatakan, wanamina memang menjadi solusi terbaik untuk memperbaiki kualitas lingkungan sekaligus perekonomian masyarakat. Sayangnya, masyarakat adat masih belum memahami konsep ini dengan benar, sehingga perlu dilakukan pelatihan dan pendampingan agar program wanamina ini bisa berkelanjutan.
Program ini akan dilakukan dengan membuat demonstrasi plot (demplot) seluas dua ha di desa tersebut. Selanjutnya, wilayah tersebut akan ditanami 1.600 bibit mangrove dengan pola kombinasi dan skema budidaya polikultur yang terdiri dari ikan bandeng, udang windu dan rumput laut sango-sango (Gracilaria sp). Total ada 26 petani tambak yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan Ramah Lingkungan yang akan dibina dalam program ini.
“Ujungnya akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat adat,” kata Zulkarnain.

Nantinya, di lahan yang ditanami 1.600 bibit mangrove itu akan diberikan 20.000 benih udang windu, 6.000 ikan bandeng dan dua ton rumput laut sango-sango. Menurut perhitungan, dari 20.000 benih udang windu yang disebar, biasanya sekitar 70 sampai 80 persen yang bisa bertahan dan bisa dipanen dalam waktu kurang lebih empat bulan. Diproyeksikan sekitar 1.070 kilogram udang windu yang bisa dijual sehingga petani tambak bisa untung sekitar Rp107 juta, dengan harga jual udang windu sebesar Rp100 ribu per kilogramnya. Begitu pula dengan ikan bandeng dan rumput laut sango-sango, masing-masing bisa menghasilkan Rp76 jutaan Rp56 jutaan dalam sekali panen.
"Jadi estimasi perhitungan kita selama kurang lebih delapan bulan bisa menghasilkan Rp240 jutaan yang didapatkan masyarakat adat dari wanamina ini," ujar Zulkarnain.
Selama satu tahun, Jejak Baik Pohon akan membina masyarakat adat Muara Badak melalui tahap prabudidaya yang terdiri dari sosialisasi teknis, workship dan persiapan lahan budidaya, lalu tahap budidaya yang meliputi seleksi benih ikan, udang dan bibit rumput laut, penebaran benih, pemeliharaan dan monitoring serta pengawasan dan pengendalian kualitas air.
Selanjutnya ke tahap akhir yakni pascabudidaya, yang meliputi panen, pemasaran dan evaluasi serta pelaporan. Setelah program selesai diharapkan masyarakat bisa melakukan budidaya secara mandiri berbekal pendidikan komprehensif yang telah diberikan oleh Jejak Baik Pohon.
Dalam menjalankan program ini, Zulkarnain melakukan penyaringan para petani tambak yang akan dibinanya dengan hati-hati. Hal ini untuk memastikan dana ZIS yang diberikan dari Baznas benar-benar tersalurkan ke sasaran tepat.