Api Membara dari Iran, Presiden Ajak Negara Muslim Bersatu Melawan Israel

Andi Ahmad S Suara.Com
Senin, 16 Juni 2025 | 12:18 WIB
Api Membara dari Iran, Presiden Ajak Negara Muslim Bersatu Melawan Israel
penampakan Kota Tel Aviv Israel usai dihantam rudal Iran. (bidik layar video di X)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Negara Timur Tengah Iran dengan Israel saat ini tengah panas dalam pertempuran. Kedua negara itu saling serang melalui serangan udara.

Nampaknya api membara tengah datang dari Iran usai negara Islam itu diserang oleh Israel.

Kini Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengajak negara Muslim dapat bersatu untuk menggagalkan rencana jahat rezim Israel. "sejak awal berdiri identik dengan kejahatan dan pertumpahan darah."

Dilansir dari Antara, dalam percakapan telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Sabtu (14/6) malam, Pezehskian menyampaikan apresiasi atas dukungan dan solidaritas Erdogan terhadap Iran.

Israel lagi-lagi memperlihatkan bahwa mereka tidak menghargai hak asasi manusia dan hukum internasional, kata Pezeshkian.

"Mereka membunuh warga sipil, ilmuwan, pejabat, dan personel militer kapan pun ada kesempatan,” katanya.

Dia menilai serangan terbaru Israel terhadap Iran, yang terjadi di tengah negosiasi nuklir antara Teheran dan Washington, menunjukkan niat Israel untuk menggagalkan perundingan tersebut.

"Republik Islam Iran selalu mengedepankan perdamaian dan dialog," kata Pezeshkian, seraya menegaskan bahwa negaranya berusaha memperkuat hubungan dengan negara tetangga dan negara-negara Muslim.

"Namun sejak awal, rezim ini berusaha menggagalkan upaya kami, termasuk dengan membunuh syahid (Ismail) Haniyeh saat dia menjadi tamu resmi kami," kata Pezehskian, merujuk pada petinggi Hamas yang dibunuh Israel di Teheran.

Baca Juga: Menteri Agama Pastikan Perang Israel Vs Iran Tak Pengaruhi Pemulangan Jemaah Haji

Pezeshkian menekankan pentingnya kerja sama dunia Islam untuk melawan agresi Israel.

"Negara-negara Islam harus memperkuat kemampuan pertahanan dan bekerja sama untuk menjaga perdamaian dan pembangunan di kawasan," katanya.

Sementara itu, Presiden Erdogan mengecam keras serangan Israel dan menyampaikan belasungkawa kepada warga Iran yang menjadi korban. Dia menilai pemimpin Israel Benjamin Netanyahu berusaha membuat kekacauan di kawasan.

Menurut Erdogan, salah satu tujuan serangan itu adalah mengalihkan perhatian dari kejahatan Israel di Gaza.

Dia menegaskan kembali dukungan Turki pada penyelesaian isu nuklir Iran secara diplomatik.

Dilansir dari Anadolu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, Ahad (15/6), menyatakan pihaknya siap menghentikan serangan terhadap Israel jika Tel Aviv juga menghentikan serbuannya terhadap Teheran.

Berbicara di hadapan para duta besar asing di Teheran, Araghchi menegaskan bahwa perang ini "dipaksakan" kepada Iran dan Teheran tidak punya pilihan selain merespons.

“Pertahanan kami sepenuhnya sah dan akan dilakukan dengan kekuatan, semata-mata sebagai respons atas agresi,” ujarnya. “Jika serangan dihentikan, aksi balasan Iran juga akan berakhir.”

Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat tajam setelah serangan udara terkoordinasi yang dilakukan militer Zionis pada sejumlah lokasi di Teheran, termasuk fasilitas militer dan nuklir, pada Jumat (13/6) lalu, yang segera dibalas Iran dalam hitungan jam.

Pada Sabtu (14/6) malam, Iran meluncurkan gelombang kedua operasi True Promise III, terutama menyasar fasilitas ekonomi dan industri di kota pelabuhan Israel, Haifa. Sementara itu, Israel kembali membalas dengan menyerang Kementerian Pertahanan dan depot minyak di Teheran.

Iran menyebutkan sebanyak 78 orang tewas pada hari pertama serangan Israel, dan puluhan lainnya, termasuk anak-anak, menjadi korban pada hari kedua.

Konflik tersebut menyebabkan terhentinya negosiasi nuklir tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat yang dimediasi Oman. Putaran keenam pembicaraan itu dijadwalkan berlangsung pada Minggu di Muskat.

Keterlibatan AS

Araghchi menyebut agresi Israel tidak mungkin terjadi tanpa koordinasi dan dukungan dari Amerika Serikat, dan hal itu menjadi salah satu alasan utama kegagalan pembicaraan nuklir.

Ia menegaskan bahwa Iran memiliki “bukti kuat dan meyakinkan” bahwa pasukan dan pangkalan militer AS di kawasan telah mendukung serangan Israel.

Menlu Iran itu mengutip pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengatakan bahwa serangan “tidak mungkin terjadi tanpa peralatan Amerika,” dan mengisyaratkan akan ada “tahapan selanjutnya” sebagai bukti tambahan atas keterlibatan AS.

Terkait bantahan AS soal keterlibatannya dalam serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Natanz di Provinsi Isfahan, Araghchi menyatakan bahwa Iran menolak klaim tersebut karena ada “bukti yang saling bertentangan.”

“Jika AS benar-benar tidak terlibat, seharusnya AS mengutuk serangan ini secara tegas dan terbuka,” katanya seraya menambahkan bahwa pesan-pesan tertutup tidak cukup.

Ia juga mendesak komunitas internasional untuk mengakui pelanggaran hukum internasional yang dilakukan Israel.

Araghchi menuding Israel telah “berulang kali menyabotase negosiasi nuklir,” termasuk insiden sabotase di fasilitas pengayaan Natanz pada 2020 saat berlangsungnya pembicaraan Wina untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.

Ia menyebut Iran merespons insiden tersebut dengan meningkatkan pengayaan uranium hingga 60 persen dan mengganti sentrifugal yang rusak dengan model yang lebih canggih.

Meskipun mengalami berbagai provokasi, Araghchi menegaskan bahwa Iran tetap mengikuti negosiasi dengan AS secara itikad baik, bahkan telah melakukan lima putaran pembicaraan dan menyiapkan usulan tandingan untuk menjembatani perbedaan guna mencapai kesepakatan.

Namun demikian, ia menegaskan bahwa Israel tetap menentang setiap kesepakatan nuklir dan aktif berupaya menggagalkan jalur diplomasi.

Sebagai tanggapan atas serangan terbaru terhadap Natanz, Iran secara resmi meminta Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk menggelar sidang luar biasa, menyebut serangan Israel itu sebagai “garis merah” dalam hukum internasional yang kini telah dilanggar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI