Suara.com - Di antara deretan jenderal, politisi, dan taipan yang menerima Tanda Kehormatan dari Presiden Prabowo Subianto, ada satu sosok renta yang kehadirannya paling mengguncang dan paling bermakna yakni Teungku Nyak Sandang bin Lamudin.
Pria berusia 90-an tahun ini bukanlah siapa-siapa di panggung kekuasaan, namun jasanya bagi republik ini tak ternilai harganya.
Penganugerahan Bintang Jasa Utama kepadanya adalah sebuah pembayaran utang sejarah bangsa yang tertunda puluhan tahun.
Ia adalah salah satu patriot terakhir yang masih hidup, saksi sejarah yang di masa mudanya rela menjual hartanya demi membeli pesawat pertama Republik Indonesia.
Inilah kisah heroik Nyak Sandang yang terlupakan.

1. Siapa Teungku Nyak Sandang? Saksi Hidup Sejarah
Lahir di Lamno, Aceh Jaya, Nyak Sandang adalah potret hidup dari generasi yang lahir dan besar dalam api revolusi.
Ia bukanlah seorang tentara, melainkan seorang rakyat biasa yang hatinya terbakar oleh api nasionalisme.
Kini, di usianya yang senja, ia adalah salah satu dari segelintir orang yang tersisa yang bisa menceritakan secara langsung bagaimana rakyat Aceh bahu-membahu mendirikan republik ini.
Baca Juga: Mengenal Jenis Penghargaan Bintang Mahaputera, Diberikan ke Siapa? Ini Syarat Penerimanya
2. "Radio Rimba Raya" & Panggilan Soekarno yang Mengguncang Jiwa
Kisah kepahlawanannya dimulai pada tahun 1948.
Saat itu, Indonesia yang baru merdeka sedang dicekik oleh blokade ekonomi dan agresi militer Belanda.
Dalam keputusasaan, Presiden Soekarno berpidato melalui siaran radio darurat—yang dikenal sebagai "Radio Rimba Raya"—memohon bantuan rakyat untuk membeli pesawat guna menembus blokade.
Panggilan Bung Karno itu sampai ke telinga Nyak Sandang muda di Aceh.
Hatinya terguncang. Tanpa berpikir dua kali, ia pulang dan meyakinkan orang tuanya untuk menyumbangkan harta paling berharga yang mereka miliki.