Suara.com - Tim medis dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bali Mandara telah merampungkan proses otopsi terhadap jenazah Juliana Marins, pendaki pemula asal Brasil yang ditemukan meninggal dunia saat mendaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat.
Dokter spesialis forensik rumah sakit tersebut memastikan bahwa penyebab kematian perempuan berusia 22 tahun itu adalah pendarahan pada organ dalam akibat trauma fisik serius yang disebabkan oleh patah tulang setelah terjatuh.
Menurut keterangan resmi dari pihak rumah sakit, cedera fatal yang dialami Juliana Marins terjadi setelah ia terpeleset dan jatuh di medan terjal saat melakukan pendakian.
"Berdasarkan hasil otopsi, ditemukan adanya pendarahan masif pada organ dalam, terutama di bagian perut dan dada, yang diakibatkan oleh tulang rusuk dan tulang panggul yang patah," ujar salah satu dokter forensik yang menangani kasus tersebut.
Juliana diketahui mendaki Gunung Rinjani dalam rangka petualangan pribadi dan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam pendakian gunung. Ia dilaporkan sempat terpisah dari rombongan kecil yang mendaki bersama, sebelum akhirnya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa oleh tim penyelamat.
Jenazah Juliana Marins sebelumnya dievakuasi oleh tim SAR gabungan dari Taman Nasional Gunung Rinjani, relawan pendaki, dan aparat keamanan setempat. Proses evakuasi sempat mengalami kendala karena kondisi cuaca yang tidak bersahabat dan medan yang sulit diakses.
Setelah proses otopsi selesai, pihak RSUD Bali Mandara menyatakan bahwa jenazah akan segera diserahkan kepada pihak keluarga yang telah tiba di Indonesia.
Keluarga Marins bekerja sama dengan Kedutaan Besar Brasil di Jakarta untuk mengurus proses pemulangan jenazah ke negara asalnya.
[ANTARA/Rita Laura/Sandy Arizona/Nanien Yuniar]
Baca Juga: 'Juliana Dibiarkan Mati': Keluarga Tuntut Keadilan, Kuak Borok Sistem Penyelamatan Rinjani?