Suara.com - Ketika pemerintah memutuskan untuk memberlakukan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona, banyak pihak yang tak siap menghadapinya. Semua pemangku kepentingan termasuk guru, orangtua, dan siswa sama-sama gagap.
Orangtua kewalahan menghadapi perubahan mendadak ini. Tanggung jawab belajar yang selama ini diemban sekolah terpaksa dikembalikan ke rumah. Banyak keluhan, terutama dari para ibu yang disampaikan via media sosial.
Sebuah video yang menayangkan kerepotan seorang ibu mengajari anaknya yang masih SD bahkan sempat viral. Dalam tayangan itu sang ibu antara lain mengeluhkan sikap sang anak yang tak mandiri mengerjakan tugas sekolah.
Potret ini menurut Najelaa Shihab bukan sesuatu yang mengejutkan, karena selama ini paradigma yang berkembang adalah pendidikan menjadi urusan sepenuhnya para guru di sekolah.
"Tapi karena Corona ini, kemudian terpaksalah. Nah, orang tuanya (yang justru) tidak siap. Nggak siapnya bukan karena Corona, tetapi karena memang persiapan sebelumnya, modalnya nggak ada,” kata Elaa, demikian ibu tiga orang anak ini biasa disapa.
Ia bersama komunitasnya terus berupaya menyebarkan narasi pentingnya keterlibatan orang tua dalam sistem pendidikan.
Kondisi siswa pun tak kalah memprihatinkan. Kejenuhan belajar melanda sebagian besar mereka selama PJJ. Mereka mengeluhkan materi ajar yang membosankan dan guru yang dianggap tidak kreatif membuat soal. Tugas-tugas diselesaikan tanpa upaya maksimal karena toh semua jawaban dapat ditemukan dengan mudah lewat mesin pencari. Capaian akademik sudah pasti akan menurun setahun ini.
Semua persoalan ini, termasuk rendahnya kompetensi guru serta solusi mengatasinya, menjadi fokus percakapan kontributor Suara.com, Rin Hindryati, dengan Najelaa Shihab, pendidik dan aktivis pendidikan yang telah menggeluti dunia ini selama lebih dari 20 tahun.
Meski optimis melihat bahwa dunia pendidikan akan bergerak maju, putri sulung Ustadz Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab ini mengaku masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Baca Juga: PJJ Jadi Tantangan Bagi Orangtua, Bagaimana Strateginya?
Berikut ini petikan lengkap wawancara eksklusif via Zoom yang berlangsung selama sekitar satu jam:
Kita mulai percakapan ini ya Mbak.
Silakan, Mbak.
Seperti sudah saya sampaikan, percakapan kita akan berfokus pada pendidikan di era pandemi. Sebagai tenaga pendidik dan pengelola sekolah, pertanyaan saya untuk Mbak Elaa, apa tantangan terberat belajar di zaman yang semuanya serba online?
Iya. Kalau bicara tantangan paling berat belajar, sebetulnya... betul [semua] kita sama bahwa kayaknya nggak ada lembaga pendidikan, guru, murid, maupun orang tua, atau bahkan pemangku kebijakan di bidang pendidikan, yang nggak kesulitan menghadapi masa pandemi ini.
Ini juga bukan spesifik masalah yang terjadi di Indonesia, bukan juga cuma di kota besar atau desa dan sebagainya. Karena memang pandemi COVID-19 terjadi dengan tiba-tiba. Bukan sesuatu yang direncanakan, sehingga memang ya wajar bahwa semua pemangku kepentingan butuh proses untuk beradaptasi, untuk kemudian menemukan pola belajar mengajar yang paling efektif itu seperti apa.