Suara.com - Gelombang kecaman keras terus bergulir menyusul terungkapnya kasus premanisme yang menghambat pembangunan fasilitas manufaktur kendaraan listrik milik investor asal China di kawasan Subang, Jawa Barat.
Kali ini, suara lantang datang dari mantan jenderal bintang empat yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), Moeldoko.
Dengan nada geram, Moeldoko menyatakan dukungannya penuh terhadap langkah tegas Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, untuk memberantas habis praktik-praktik haram yang berpotensi merusak iklim investasi di wilayah tersebut.
Pernyataan bernada ultimatum ini disampaikan Moeldoko di Jakarta pada Selasa (22/4/2025), menyusul laporan mengenai gangguan yang dialami oleh dua raksasa produsen mobil listrik pendatang baru, BYD dan Vinfast. Kedua perusahaan dengan investasi jumbo ini diketahui tengah membangun pabrik perakitan mereka di Subang, sebuah kawasan yang diproyeksikan menjadi pusat pengembangan industri kendaraan listrik di Jawa Barat.
Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini tak mampu menyembunyikan kekecewaannya atas tindakan tidak terpuji tersebut, terutama mengingat betapa krusialnya investasi ini bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan penyerapan tenaga kerja yang signifikan.
"Saya mendukung apa yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat, tumpas saja itu!" seru Moeldoko dengan intonasi meninggi, menunjukkan betapa seriusnya ia memandang persoalan ini. "Ini sangat disayangkan, di tengah upaya kita menarik investasi sebesar-besarnya untuk kemajuan bangsa, malah ada oknum-oknum yang mencoba menghalang-halangi. Ini tidak bisa dibiarkan!" kata Moeldoko dikutip Jumat (2/5/2025).
Moeldoko dengan tegas menekankan bahwa kehadiran investasi, terutama di sektor industri strategis dan berorientasi masa depan seperti kendaraan listrik, seharusnya disambut dengan tangan terbuka oleh seluruh elemen masyarakat. Alih-alih melakukan tindakan yang kontraproduktif dan merugikan, masyarakat justru diharapkan dapat memainkan peran aktif dalam menciptakan lingkungan investasi yang kondusif, aman, dan terjamin. Dengan terciptanya iklim investasi yang positif, peluang kerja baru akan terbuka lebar bagi masyarakat, yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan bersama.
"Saya mengimbau supaya di tengah situasi iklim dunia usaha yang relatif perlu perhatian, maka kita semua, masyarakat Indonesia harus menciptakan iklim investasi yang baik," lanjut Moeldoko.
"Jangan sampai pengangguran makin banyak, tapi malah, di satu sisi kan ironis, kita perlu peluang untuk bekerja, ada orang (investor) datang memberikan peluang, diganggu sama yang lain. Ini akal sehatnya di mana?" tambahnya.
Baca Juga: Disebut Preman Berkedok Ormas, Hercules ke Eks Panglima TNI: Kamu yang Preman
Lebih lanjut, Moeldoko menyoroti secara spesifik kasus gangguan yang dialami oleh BYD dan Vinfast sebagai contoh nyata betapa seriusnya dampak negatif premanisme terhadap keberlangsungan investasi di Indonesia. Kedua perusahaan ini telah menunjukkan komitmen investasi yang sangat signifikan di Subang dan diproyeksikan akan menjadi pemain kunci dalam membangun ekosistem kendaraan listrik yang solid di Indonesia, bahkan memiliki potensi untuk merambah pasar di kawasan ASEAN.