Tren Baru, Pengangguran di China Habiskan Uang Buat Pura-Pura Kerja

Selasa, 12 Agustus 2025 | 09:52 WIB
Tren Baru, Pengangguran di China Habiskan Uang Buat Pura-Pura Kerja
Ilustrasi karyawan di sebuah perusahaan. (pexels/fauxels)

Suara.com - China mengalami tren yang dilakukan oleh anak muda. Salah satunya adalah kaum muda pengangguran membayar perusahaan agar mereka berpura-pura bekerja.

Tren ini sangat populer di kota-kota besar seperti Shenzhen, Shanghai, Chengdu, Nanjing, Wuhan, dan Kunming.

Bahkan, kantor tiruan ini dilengkapi dengan komputer dan ruang rapat. Biaya harian biasanya berkisar antara 30 hingga 50 yuan per jam.

Tidak hanya itu, pekerjaan bohong-bohongan ini juga sudah termasuk makan siang dan camilan.

Adapun, tren ini terungkap ketikan salah satu perusahaan tersebut, Pretend To Work yang didirikan oleh Feiyu.

Perusahaan yang didirikan seorang warga Dongguan berusia 30 tahun. Dia memiliki Ide bisnis mengenai berpura-pura kerja. Hal setelah mengalami pengangguran selama pandemi COVID-19.

Dalam bisnisnya, dia kini menyewakan meja kerja kepada kaum muda yang ingin berpura-pura memiliki pekerjaan.

Ilustrasi karyawan sedang meeting (pexels/fauxels)
Ilustrasi karyawan sedang meeting (pexels/fauxels)

"Yang saya jual bukanlah meja kerja, melainkan martabat karena tidak menjadi orang yang tidak berguna," ujarnya dilansir News Bytes, Selasa (12/8/2025).

Selain itu, kantor-kantor tiruan ini telah menjadi tempat bagi kaum muda untuk membangun komunitas dan mengerjakan proyek-proyek pribadi.

Baca Juga: Sebanyak 40.800 Lapangan Pekerjaan Telah Hilang, Apa Penyebabnya?

Shui Zhou, seorang mantan pemilik bisnis makanan, membayar untuk menggunakan fasilitas di Perusahaan Pretend To Work.

Ia mengaku merasa lebih bahagia dan lebih disiplin sejak bergabung. Pengguna lain, Xiaowen Tang, menggunakan waktunya di sana sebagai bukti pengalaman magang di universitasnya sambil menulis novel daring.

Feiyu tidak yakin apakah model bisnis "berpura-pura bekerja" akan tetap menguntungkan dalam jangka panjang. Ia melihatnya lebih sebagai eksperimen sosial daripada bisnis tradisional.

Tren ini menyoroti tantangan yang dihadapi kaum muda dewasa dalam menemukan peluang kerja nyata di tengah perubahan ekonomi.

Apalagi, menunjukkan bagaimana mereka menggunakan kreativitas dan komunitas untuk mengatasi tantangan-tantangan ini.

Sementara itu, Dr. Christian Yao dari Victoria University of Wellington melihat tren berpura-pura bekerja merupakan respons terhadap transformasi ekonomi Tiongkok dan ketidaksesuaian pasar kerja.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI