Suara.com - Ganja termasuk jenis tanaman yang mengandung senyawa tetrahidrokanabinol. Senyawa tersebut yang membuat penggunaan ganja bisa mengalami efek euforia. Simak fakta lengkapnya berikut ini, termasuk manfaat dan efek samping ganja medis.
Sebelumnya, pada 2020 berdasarkan voting Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diputuskan untuk mengeluarkan ganja dan resin cannabis dari kategori IV atau golongan narkotik paling berbahaya.
Berdasarkan hasil penelitian terbukti kalau ganja tidak seberbahaya heroin dan ada potensi manfaatnya untuk medis jika kandungan zat THC yang bersifat psikoaktif direduksi atau dihilangkan.
WHO sampai sekarang belum memutuskan legalisasi ganja medis. Baru sekadar mengeluarkan dari Schedule IV dan dipindahkan dalam kategori narkotik Schedule I atau golongan narkotik yang kurang berbahaya.

Lebih dari 30 negara tercatat telah melegalkan penggunaan ganja medis. Salah satunya Thailand yang menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mengizinkan penggunaan ganja untuk obat-obatan.
Sementara di Indonesia, ganja termasuk dalam narkotika golongan I, tertulis dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Artinya, masyarakat dilarang mengonsumsi ganja untuk kepentingan kesehatan, hanya boleh digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga, ganja sama sekali ilegal di Indonesia.
Tapi, seperti apa fakta sebenarnya tentang ganja medis? Apa bedanya dengan ganja non medis?
Suara.com berbincang dengan Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt., dan Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Trasisional dan Jamu Indonesia dr. Inggrid Tania, MSi., untuk mengungkapkan tentang fakta seputar ganja medis. Berikut rangkumannya.
Baca Juga: Merujuk Belanda dan Thailand, Komisi III DPR Kaji Manfaat Ganja Bila Dilegalkan Untuk Medis
1. Pengertian Ganja Medis
Obat yang mengandung ganja pada dasarnya diolah dari tanaman ganja. Prof. Zullies menjelaskan bahwa tanaman ganja mengandung berbagai komponen senyawa sitokimia yang bisa bekerja dalam reseptor karbinoid di dalam tubuh manusia.
Reseptor tersebut sama dengan yang ada dalam kandungan tanaman ganja. Sehingga saat dikonsumsi bisa menghasilkan berbagai efek tertentu. Kesamaan reseptor itu yang kemudian dimanfaatkan para ilmuwan untuk mengambil ekstrak ganja dan diolah menjadi obat.
"Jadi memang beberapa memberikan efek di dalam perkembangan riset kesehatan. Cannabis ini bisa diambil senyawa aktifnya, kemudian bisa dibuat jadi obat. Itu yang disebut dengan ganja medis," jelas prof. Zullies.
2. Perbedaan Ganja Medis dan Ganja non Medis
Walaupun sama-sama berasal dari tanaman ganja, yang digunakan sebagai obat hanya diambil ekstraknya saja dengan dosis sesuai kebutuhan.