Rakyat Lebanon Terancam Kelaparan Akibat Perang di Ukraina

Kamis, 28 April 2022 | 12:45 WIB
Rakyat Lebanon Terancam Kelaparan Akibat Perang di Ukraina
DW

Suara.com - Setelah krisis politik dan keuangan berkepanjangan, rakyat Lebanon terancam kelaparan. Jerman janjikan lebih banyak bantuan karena berkurangnya impor pangan dari Ukraina dan Rusia.

Biasanya, saat berbuka puasa adalah perayaan yang menyenangkan selama bulan suci Ramadan. Namun kini para perempuan di dapur komunitas Matbakh el Kell di Beirut, Lebanon, terpaksa memasak hanya dengan bahan-bahan lokal untuk mencegah kelaparan.

Ratusan paket sembako pun siap diantar kepada orang-orang yang tidak mampu berbuka puasa tanpa bantuan ini.

Dalam perjalanan ke ibu kota Lebanon, Menteri Pembangunan Jerman, Svenja Schulze, sempat mengunjungi dapur umum tersebut dan memuji proyek itu sebagai contoh utama dari bantuan berkelanjutan yang dilakukan dengan benar.

Dengan menggunakan makanan lokal, perempuan lokal kini punya pekerjaan dan mampu memberi makan keluarga mereka.

Pada saat yang sama, hasil dapur membantu orang-orang yang paling membutuhkan. Dapur umum Matbakh el Kell terletak di lingkungan yang rusak parah akibat ledakan di pelabuhan Beirut pada Agustus 2020.

Tempat yang dulunya rumah sekarang menjadi reruntuhan beton. Panel jendela hilang, seluruh dinding dan fasad rumah hancur.

"Kami melihat orang biasa tidak lagi mampu membeli makanan sehari-hari mereka," kata Menteri Schulze saat menjanjikan bantuan lagi sebesar €10 juta untuk Program Pangan Dunia (WFP) di Lebanon.

Invasi Rusia ke Ukraina juga memperburuk krisis pangan Lebanon. "Putin juga mengobarkan perang kelaparan," kata Schulze.

Baca Juga: Militan Lebanon dan Israel Saling Serang di Perbatasan

"Harga pangan naik karena Ukraina sekarang tidak dapat melakukan pengiriman." Lebanon berada dalam keadaan ketergantungan impor pangan yang berbahaya. Hampir semua biji-bijian untuk bahan pangan diperoleh dari impor.

Menurut UNICEF, 80% gandum di Lebanon berasal dari Rusia dan Ukraina. Yang memperparah masalah ini adalah meroketnya harga pangan di seluruh dunia dan kurangnya ruang penyimpanan untuk biji-bijian karena ledakan silo di pelabuhan.

Empat krisis dalam dua tahun

Sisa reruntuhan silo gandum masih berdiri di pelabuhan, menyimbolkan situasi putus asa di seluruh negeri.

"Dalam waktu kurang dari dua tahun, telah terjadi empat krisis besar berturut-turut," ujar Sami Nader, direktur lembaga think thank di bidang kebijakan ekonomi, Levant Institute for Strategic Affairs (LISA).

"Dan krisis ini bergabung untuk menciptakan krisis yang lebih parah yang sekarang diderita Lebanon: Krisis ekonomi dan keuangan pada 2019, pandemi COVID, ledakan di pelabuhan Beirut, dan akhirnya perang di Ukraina."

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI