Suara.com - Raja Ampat, surga tropis di ujung timur Indonesia yang dijuluki sebagai "surga terakhir di bumi", kini kembali menjadi sorotan publik. Bukan karena pesona alamnya yang luar biasa, tetapi karena ancaman serius dari aktivitas tambang nikel yang semakin meluas.
Ketika isu ini memanas, Ganjar Pranowo, tokoh politik nasional, ikut angkat bicara melalui unggahan di akun TikTok miliknya yang justru menuai beragam respons dari warganet.
Dalam video berdurasi singkat tersebut, Ganjar Pranowo memperlihatkan gugusan pulau indah di kawasan Piaynemo, Raja Ampat. Diiringi musik latar yang menenangkan, ia tampak berdiri di atas bukit pandang, menikmati panorama laut biru dan batu karst yang menjulang.
"Salam dari Piaynemo Raja Ampat," kata mantan Gubernur Jawa Tengah itu dalam video tersebut, sembari memperlihatkan pemandangan yang menyerupai gambar di lembar uang Rp100 ribu seperti Suara.com kutip pada Jumat (6/6/2025).
Melalui kolom caption, Ganjar Pranowo juga menuliskan pesan yang mengajak publik untuk melindungi alam Indonesia, khususnya kawasan Raja Ampat yang sedang terancam.
"Alam seindah ini, sayang jika harus rusak karena eksploitasi berdalih peningkatan ekonomi. Mari lindungi, agar anak cucu bisa menyaksikan surga yang tersembunyi," tulisnya.
Namun, unggahan ini justru memantik perdebatan di kalangan pengguna media sosial. Banyak yang mengapresiasi niat Ganjar Pranowo, namun tak sedikit pula yang menyindirnya sebagai "cari panggung" di tengah isu nasional yang sedang memanas.
"Mulai dah cari muka," kata @shi****.
"Mulai cari kesempatan dari kesempitan," ucap @dut****.
Baca Juga: Ernest Prakasa Ikut Sindir Pemerintah Imbas Tambang Nikel di Raja Ampat
"Jauh amat ngurusin Raja Ampat, di Jawa Tengah aja 10 tahun gitu-gitu aja, banyak jalan yang masih berlubang!!," tambah @dan****.
"Udah lah guys jangan bilang cari kesempatan-kesempatan. Dia cuma mau pemerintah sadar bahwa Raja Ampat tempat yang indah," tulis @yoh****.
"Wahh Pak Ganjar seneng banget bisa bakar-bakar situasi ada bahan," ungkap @llm****.
Isu utama yang menjadi latar dari kehebohan ini adalah laporan dari Greenpeace Indonesia. Organisasi lingkungan tersebut mengungkap bahwa aktivitas penambangan nikel di beberapa pulau kecil di Raja Ampat telah merusak lebih dari 500 hektare hutan tropis.
Tambang tersebut tersebar di Pulau Gag, Pulau Kawe, Pulau Manuran, dan dua pulau kecil lainnya. Greenpeace juga memperingatkan bahwa kerusakan ini dapat mengancam 75% terumbu karang terbaik dunia yang berada di kawasan Raja Ampat.
Hal ini menjadi perhatian serius, mengingat wilayah ini merupakan pusat keanekaragaman hayati laut global, tempat tinggal ribuan spesies laut yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia.