Suara.com - Di tengah lanskap politik Amerika yang terpolarisasi tajam, sebuah pernyataan yang menggemparkan datang dari calon Wali Kota New York, Zohran Mamdani.
Politisi muda berhaluan kiri ini secara terbuka berjanji akan menangkap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, jika ia menginjakkan kaki di New York City saat dirinya menjabat.
Janji ini bukan sekadar gertakan politik, melainkan sebuah deklarasi perang ideologis yang menempatkannya di pusat sorotan global.
Pernyataan berani itu dilontarkan Mamdani saat wawancara dengan jurnalis ternama, Mehdi Hasan, Ketika ditanya secara spesifik mengenai sikapnya jika Netanyahu berkunjung, jawabannya tegas dan tanpa keraguan, mencerminkan keberpihakannya yang total pada hukum internasional.
"Sebagai wali kota, saya akan menangkap Netanyahu jika datang ke New York. Ini adalah kota yang nilainya sejalan dengan hukum internasional," jawab Mamdani, seperti dikutip oleh Al Jazeera pada Rabu (25/6).
Ia kemudian menambahkan dengan penekanan, "Sudah saatnya tindakan kita juga sejalan."
Langkah ini bukanlah ancaman kosong. Mamdani membangun argumennya di atas fondasi hukum yang kokoh: surat perintah penangkapan yang telah dikeluarkan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk Netanyahu.
Perintah ini terkait tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam agresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina, yang berlangsung sejak Oktober 2023. Bagi Mamdani, ini bukan soal politik, melainkan penegakan hukum.
Sebagai seorang Muslim keturunan India berusia 33 tahun, Zohran Mamdani memang telah lama dikenal sebagai salah satu suara paling vokal di legislatif AS yang menentang kebijakan Israel.
Baca Juga: Trump Umumkan Perang Iran-Israel Berakhir, Tapi Mengapa Ia Juga Sebut Bisa Meletus Lagi 'Segera'?
Jauh sebelum mencalonkan diri sebagai wali kota, ia secara terbuka menyebut tindakan Israel di Palestina sebagai "genosida" pada Oktober tahun lalu.
Ia juga merupakan pendukung gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) yang menargetkan produk dan perusahaan yang berafiliasi dengan Israel.
Mamdani juga tak ragu mengklarifikasi narasi kontroversial seperti "Globalize the Intifada" (Intifada Mendunia), sebuah slogan yang kerap dipelintir oleh kelompok konservatif sebagai seruan kekerasan.
Dengan pengalamannya sebagai seorang Muslim yang tumbuh di era pasca-serangan 9/11, ia menjelaskan perspektifnya. Mamdani mengaku sangat akrab dengan bagaimana kata-kata dalam bahasa Arab seringkali "diputarbalikkan dan digunakan untuk membenarkan segala jenis makna."
Menurutnya, slogan tersebut adalah seruan untuk solidaritas global dengan semua orang yang tertindas di seluruh dunia, sebuah perjuangan untuk pembebasan, bukan untuk melakukan kekerasan.
Munculnya Mamdani di panggung politik New York tak luput dari perhatian tokoh sekaliber Presiden Donald Trump.