Miskalkulasi Politik Jokowi Terkuak: Ilusi Kekuasaan Runtuh, Kini Hadapi Realita Pahit Pasca-Lengser

Jum'at, 18 Juli 2025 | 11:24 WIB
Miskalkulasi Politik Jokowi Terkuak: Ilusi Kekuasaan Runtuh, Kini Hadapi Realita Pahit Pasca-Lengser
Presiden ke-7 Joko Widodo atau Jokowi. [Antara]

Suara.com - Panggung politik nasional pasca-Pemilu 2024 menghadirkan babak baru yang krusial bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi). Seiring berakhirnya masa jabatan, narasi tentang miskalkulasi politik yang dilakukannya semakin menguat, mengancam warisan dan pengaruhnya di masa depan.

Analisis tajam dari Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengungkap bagaimana langkah-langkah Jokowi kini berujung pada sebuah realita pahit, jauh dari "ilusi kekuasaan" yang selama ini menyelimutinya.

Menurut Yunarto, kesalahan perhitungan Jokowi bukan sekadar retaknya hubungan dengan PDI Perjuangan. Lebih dalam dari itu, Jokowi dinilai telah meninggalkan basis pendukungnya yang paling loyal dan tulus—mereka yang menopangnya sejak awal tanpa pamrih jabatan atau proyek.

"Mas Toto berpendapat bahwa Jokowi mengalami miskalkulasi politik, bukan hanya terkait hubungannya dengan PDIP, tetapi juga karena meninggalkan orang-orang yang mendukungnya sejak awal dengan kepentingan yang lebih sedikit," ujar Yunarto dalam podcast Gaspol dikutip dari YouTube pada Jumat (18/7/2025).

Puncak Miskalkulasi: Mengorbankan Loyalis Demi Dinasti?

Kesalahan perhitungan ini, menurut Yunarto, bukanlah insiden tunggal. Bibitnya sudah tersemai sejak 2019 dan meledak pada momen paling kontroversial: memajukan putranya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presiden.

Keputusan ini dianggap sebagai puncak dari serangkaian langkah politik yang mengabaikan fondasi kekuatannya sendiri.

"Miskalkulasi ini dimulai sejak 2019 dan puncaknya adalah ketika menempatkan Gibran sebagai cawapres secara kontroversial," tegasnya.

Langkah ini secara efektif menjauhkan Jokowi dari para pendukung awal yang menjadi tulang punggung perjuangannya.

Baca Juga: Projo Ngaku Nama Abraham Samad Ikut Disebut-sebut dalam perkara Dugaan Kasus Ijazah Palsu Jokowi

Mereka adalah kelompok yang tidak pernah menodongkan proposal proyek atau menuntut kursi kekuasaan.

"Jokowi dianggap melupakan pendukung awalnya yang tidak meminta jabatan atau proyek," kata Yunarto.

Pengabaian terhadap loyalis inilah yang kini memaksanya menghadapi konsekuensi politik yang tak terhindarkan.

Presiden ke-7 Jokowi dipastikan akan hadir dalam kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang berlangsung di Kota Solo pada 19-20 Juli 2025 nanti. [Suara.com/Ronald Seger Prabowo]
Presiden ke-7 Jokowi dipastikan akan hadir dalam kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang berlangsung di Kota Solo pada 19-20 Juli 2025 nanti. [Suara.com/Ronald Seger Prabowo]

Realita Pasca-Jabatan: Saat Ilusi Kekuasaan Tak Lagi Menapak Tanah

Kini, tabir kekuasaan absolut mulai tersingkap. Yunarto Wijaya menggambarkan kondisi Jokowi saat ini sebagai momen kebangkitan dari mimpi indah.

Realita politik yang dihadapinya sekarang sangat berbeda, di mana pengaruh dan daya tawar tidak lagi sebesar saat masih memegang kendali penuh di Istana.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI