Forensik Digital Bicara: Email Rahasia Arya Daru ke Badan Amal Ungkap Niatan Bunuh Diri

Selasa, 29 Juli 2025 | 16:52 WIB
Forensik Digital Bicara: Email Rahasia Arya Daru ke Badan Amal Ungkap Niatan Bunuh Diri
Ipda Saji Purwanto mengungkapkan email yang dikirim Arya Daru sebelum meninggal. [Tangkapan layar]

Suara.com - Misteri yang menyelimuti kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri, Arya Daru Pangayunan, perlahan tersibak melalui jejak digital yang ditinggalkannya.

Ahli Digital Forensik dari Polda Metro Jaya, Ipda Saji Purwanto, mengungkapkan temuan signifikan dari analisis perangkat elektronik milik korban.

Dalam penyelidikan mendalam terhadap 14 barang bukti digital, lima di antaranya dipastikan milik atau digunakan oleh Arya Daru Pangayunan (ADP).

Dari salah satu perangkat seluler yang aktif digunakan pada periode 2019-2022, tim forensik menemukan riwayat komunikasi yang krusial.

Ipda Saji Purwanto mengungkapkan bahwa Arya Daru Pangayunan pernah mengirimkan email kepada salah satu badan amal yang menyediakan layanan dukungan terhadap orang yang memiliki emosional mengalami perasaan tertekan dan putus asa.

Sadi mengungkap ada 2 segmen yang dikirim ke layanan tersebut dari email yang didapat petugas dari perangkat seluler atau handphone korban.

"Pada segmen pertama di tahun 2013, tepatnya pada 20 Juni hingga 20 Juli 2013. Intinya menceritakan alasan keinginan untuk bunu diri," ujarnya.

Kemudian pada segmen kedua di tahun 2021, Sadi mengemukakan surat elektronik tersebut dikirim mulai 24 September hingga 5 Oktober 2021. Saat itu ada pengiriman hingga 9 segmen.

"Intinya adalah sama, ada niatan yang semakin kuat. Ingin melakukan bunuh diri karena problem yang dihadapi," ujarnya.

Baca Juga: Polisi Pastikan Tak Ada Racun di Tubuh Diplomat Arya Daru, Begini Penjelasannya

Sadi mengemukakan bahwa dalam proses tersebut pihaknya mendapatkan 14 digital evidence, berupa barang atau benda uji digital.

"5 di antaranya diduga dimiliki atau yang dikuasai atau digunakan ADP. Dari barang-barang tersebut kami melakukan pemeriksaan," ujarnya.

Selain itu, ia mengemukakan bahwa pihaknya mlakukan pemeriksaan serta menganalisis file multimedia dari CCTV dan dari rekaman CCTV yang berada di 20 titik.

"Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan metode face metadata, stream data, frame by frame. Kami tidak menemukan adanya motion atau gerakan gambar yang menunjukan tindak kekerasan fisik."

Sebelumnya diberitakan, kasus kematian Arya Daru Pangayunan masih menjadi misteri.

Sebab, jasad Arya Daru ditemukan dengan kondisi kepala terlilit lakban dan tubuh terbungkus selimut di sebuah Guesthouse nomor 105 di Kawasan Gondangdia, Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025).

Kondisi kematian korban yang tidak wajar membuat banyak pihak berspekulasi bahwa Arya Daru menjadi korban pembunuhan. Namun tidak sedikit pula yang beranggapan bahwa kematian diplomat Kemlu disebabkan oleh bunuh diri.

Terkait dengan kasus ini, Anggota Komisioner Kepolisian Nasional (Kompolnas) Choirul Anam buka suara. Anam mengungkap kasus bunuh diri dengan cara melilit wajah dengan lakban sebelumnya juga pernah terjadi.

"Metode bunuh diri dengan menggunakan lakban juga digunakan oleh beberapa orang," ungkap Anam.

Staf Kemlu Arya Daru Pangayunan. [istimewa]
Staf Kemlu Arya Daru Pangayunan. [istimewa]

Meskipun metode bunuh diri seperti itu tidak lazim sebagaimana metode gantung diri, Anam menilai hal tersebut bukan tidak mungkin terjadi.

"Nah itu yang akan kami pastikan lebih lanjut," ujar Anam.

Selain itu, pihak Kompolnas juga akan mendalami rekam jejak psikologis korban.

Riwayat psikologis korban dinilai dapat menjadi kunci untuk dapat mengetahui penyebab kematian. Termasuk untuk melihat kemungkinan korban tewas akibat bunuh diri.

"Apakah memang korban itu memiliki rekam jejak yang dekat sekali dengan problem (keinginan) bunuh diri," ucap Anam.

"Kalau itu bunuh diri, kami akan klarifikasi. Apa kira-kira alasannya?" terang Anam.

Anam mengungkapkan, Kompolnas sejauh ini telah mendapatkan informasi awal terkait penyebab kematian.

"Konstruksi peristiwa secara umum kami dapat, tinggal kami dalami," ujarnya.

Catatan Redaksi:

Berita ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapapun melakukan hal serupa. Jika Anda atau teman Anda menunjukkan adanya gejala depresi yang mengarah ke bunuh diri, silakan menghubungi psikolog atau layanan kejiwaan terdekat. Anda juga bisa menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes di 1500-567.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI