Dubes RI Djauhari Oratmangun: China Dukung Kita Jadi Pusat Produksi Vaksin

Kamis, 29 Oktober 2020 | 12:15 WIB
Dubes RI Djauhari Oratmangun: China Dukung Kita Jadi Pusat Produksi Vaksin
Ilustrasi wawancara. Dubes RI untuk China Djauhari Oratmangun. [Foto: Dok. KBRI / Olah gambar: Suara.com]

Memang belum ada. Selama ini ketergantungan bahan baku obat kita sangat tinggi khususnya ke China dan India.

Iya, kecuali kita sudah punya bahan baku.

Sebenarnya tahun lalu, di era Menkes sebelumnya, saya dengan BrightGene sudah groundbreaking. Itu bulan Juli tahun 2019. Kita groundbreaking untuk BrightGene memproduksi bahan baku di Indonesia. Itu lokasinya di Klender [Jakarta Timur]. Jadi memang ini yang sedang kita dorong juga: memproduksi bahan bakunya di Indonesia. [Tapi] Tahu-tahu datang COVID, jadi tertunda.

Memang sudah ada dalam perencanaan [untuk diarahkan] seperti yang terjadi di smelter, dan lain-lain. Kita ingin juga kalo mau menjadi hub, menjadi pusat manufaktur vaksin di kawasan, maka bahan bakunya harus kita mampu memproduksinya. Karena itulah kita juga kerja samakan untuk memproduksi bahan baku di Indonesia.

Jadi Pak Jo optimis vaksin corona akan tersedia sebelum akhir tahun?

Untuk emergency use, sudah. Kesepakatannya kan begitu kemarin. Saya kira Pak Menteri [Kesehatan] sudah umumkan jumlah-jumlahnya sampai akhir tahun.

Terakhir, ini soal wisata halal. Ini kan juga sektor yang strategis karena penduduk kita kan mayoritas Islam. Apakah Pemerintah China ada perhatian ke sana?

Ya, dulu sebenarnya ada, bukan hanya wisata halal. Pada saat kunjungan Perdana Menteri Li Keqiang ke Indonesia tahun 2018 bulan Mei, salah satu item, saya masih ingat, itu membahas bagaimana kita sama-sama menjadikan Indonesia untuk menghasilkan produk-produk halal.

Jadi dengan demikian hasilnya itu bisa kita ekspor. Itu akan [menjadi] pemasukan buat kita. Kita ekspor ke negara-negara yang mayoritas muslim.

Baca Juga: Penelitian Awal Vaksin Sinovac Dilakukan di Luar Negeri, Ini Kata BPOM

Ada bagusnya kalo kita bisa memproduksi produk-produk halal. Karena selama ini yang leading untuk produk-produk khususnya makanan halal kan Thailand. Padahal mayoritas muslim ada Indonesia.

Pemerintah Tiongkok punya keinginan untuk bekerja sama dengan Indonesia memajukan industri halal di Indonesia, sehingga bisa kita ekspor ke negara-negara lain.

Benefit untuk Pemerintah China apa ya?

Di China kan ada penduduk muslim juga. Sekitar 25 juta. Itu banyak lho. Memang kalo dibandingkan dengan penduduknya yang 1,5 miliar, [itu] kecil. Tapi penduduk Bahrain kan gak sampe 25 juta, penduduk Kuwait juga kan gak sampe 25 juta, Uni Emirates gak sampe 25 juta, jadi meaning that mereka banyak juga gitu.

Industri halal itu bisa digiatkan di Indonesia. Karena memang sejak saya masih di Rusia [sebagai Duta Besar RI untuk Rusia 2011-2016 --Red], kan saya ikut konferensi hallal product di Rusia juga. Kita waktu itu mempromosikan secara luar biasa. Tapi kalo saya lihat ke kiri ke kanan, kok Thailand lebih luar biasa.

Bahkan Korea dan Jepang juga sudah sadar potensi turis dari negara-negara Islam.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI