Iya. Tapi di Indonesia juga sudah mulai sekarang ada organisasi-organisasi yang menggerakkan produk halal supaya diproduksi di Indonesia, lalu kita mengekspor ke tempat lain. Kan mulai menggeliat juga.
Saya melihat di Indonesia itu mulai tumbuh suatu kesadaran. Sudah banyak yang mulai menyadari bahwa Indonesia adalah negara besar di kawasan, khususnya di kawasan ASEAN. Untuk beberapa hal, kita harus menjadi kuat.
Tampilan politik kita, Indonesia, itu luar biasa di luar negeri. Sekarang tinggal bagaimana kita mengkonversikan tampilan politik itu agar dapat memberikan manfaat ekonomi kepada kita. Itu yang sekarang banyak disadari oleh anak-anak khususnya kalangan muda kita dan pengusaha-pengusaha kita.
Karena itulah keluar berbagai prediksi dari sejumlah institusi internasional yang mengatakan bahwa beyond 2030 Indonesia, apalagi dengan adanya Kebijakan Ombinus Law, akan menjadi 10 besar dunia dan by 20145 kita akan menjadi 5 atau 4 besar. Saat ini kita di 15 besar dunia.
Geoeonomi dan geopolitik kan bergeser juga. Sekarang China malah diprediksi, setelah 2030 akan menjadi kekuatan ekonomi besar dunia. China number one, number two US. Itu prediksi yang sekarang, sementara number 3 kan India, number four ASEAN dan number 5 atau 6 itu Indonesia.
Berarti kan konstelasi geoekonomi bergeser. Gak lama lagi itu [terjadi] dalam waktu 10 atau 15 tahun lagi.
Coba kita lihat misalnya, ketika saya pertama ke China 20 tahun lalu tahun 1999 atau 2000, saya berkunjung [diminta] ke sini. China pada waktu itu kan belum punya Alibaba. Saat itu dia juga belum punya Huawei, atau paling tidak baru mulai. Industri teknologinya belum berkembang seperti sekarang.
Look what happen to China 20 years after.
Kita ini kan sedang memasuki juga tahapan seperti itu. Kita ingin juga, apalagi dengan kemajuan teknologi, mengalami hal yang sama. Mungkin dalam waktu 15 tahun. Nah, ini opportunity.
Ini saya kira kesempatan atau momentum yang dilihat oleh Pak Jokowi dan jajarannya. So this is the time for us untuk maju. Karena ini kan mewujudkan mimpi bapak bangsa kita. Mimpi bapak bangsa kita: pada saat kita merayakan HUT Kemerdekaan ke-100, kita sudah menjadi negara maju. Inilah momentumnya. Buat saya simple aja, kita jangan kehilangan momentum.
Baca Juga: Penelitian Awal Vaksin Sinovac Dilakukan di Luar Negeri, Ini Kata BPOM
Dalam memanfaatkan momentum yang ada sekarang, kita harus menjalin kerja sama dengan negara-negara yang kuat di dunia. Salah satunya adalah China.
Apalagi China mulai menaruh lebih banyak perhatian di kawasan Asia. Hubungannya dengan Amerika sedang terganggu.
Betul. Buat saya kan kita menjalin hubungan... supaya lebih simple saya buat ilustrasi sebagai berikut:
Saya tinggal di Bintaro sektor 5 kemudian saya lihat di sektor 9 itu maju. Ah saya mau bangun kerjasamalah dengan sektor 9. Padahal selama ini Bintaro juga ada kerjasama dengan Menteng. Menteng itu orang-orang kaya lah atau Kebayoran Baru. Tapi bukan berarti kan kemudian begitu kita menjalin kerjasama dengan sektor 9 atau dengan BSD (Bumi Serpong Damai), lalu kita tinggalkan kerjasama dengan Menteng, kerjasama dengan Kebayoran Baru. Kan enggak.
Jadi Indonesia sekarang menjalin kerjasama dengan China. Tetangga kita, dekat kan. Tapi kita juga tetap menjaga hubungan baik dengan pelaku-pelaku global lainnya seperti Amerika, Eropa, Jepang, dll. Kenapa? Kan ini kembali ke falsafah dasar politik luar negeri kita yang digagas oleh Bapak Bangsa kita yang dibuat oleh Bung Hatta: “Mendayung di antara dua karang.”
Sekarang kan kita mendayung di antara banyak karang. Janganlah perahu kita itu kita tabrakkan ke karang tersebut, hancur nanti perahunya. Jadi bagaimana kita bisa mendayung cantik di antara berbagai karang ini sehingga perahu kita, Indonesia, jalan dengan baik dan kita mendapatkan manfaat dari kerjasama-kerjasama tersebut. Saya kira bapak-bapak bangsa itu udah berpikiran jauh ke depan.
Sebagai duta besar yang berkuasa penuh di China tentu mengemban tanggung jawab besar karena begitu banyak potensi yang bisa digarap di sini. China kan salah satu raksasa ekonomi dunia.