Periode ini juga ditandai dengan kehadiran produk Tabanas (Tabungan Pembangunan Nasional).

Koleksi uang yang ditampilkan dalam zona ini meliputi Rp 1 (Seri Soedirman 1968), Rp 1 (Koin, 1970), Rp 100 (Tanpa Seri, 1977), Rp 5 (Koin, 1971), Rp 100 (Tanpa Seri, 1984), Rp 100 dan Rp 500 (Tanpa Seri, 1992), Rp 1.000 Koin (1991), Rp 5.000 (Tanpa Seri, 1992), dan Rp 10.000 (Tanpa Seri, 1998).
Narasi zona ini turut diperkuat dengan elemen budaya populer seperti lagu “Abang Tukang Bakso” yang mencerminkan pengalaman ekonomi masa kecil serta kampanye “Aku Cinta Rupiah”.
Kemudian zona tradisional (1945-1969) menghadirkan era ketika anak-anak bermain di ruang terbuka dengan membuat mainan sendiri dari bahan alam sekitar. Permainan sarat nilai moral dan dilakukan secara kolektif.
Koleksi numismatik yang ditampilkan berasal dari masa awal kemerdekaan yakni 1 Sen dan 5 Sen (ORI, 1946), 5 Sen dan 10 Sen (Koin, 1951, 1954, 1957), 1 Sen dan 50 Sen (Koin, 1963), serta 5 Sen dan 10 Sen (Seri Dwikora, 1965).
Selain koleksi uang, zona ini turut menampilkan koleksi prangko bertema anak-anak yang digunakan dalam berkomunikasi pada era tersebut.
Terakhir yaitu zona koda yang menjadi penutup pameran, merefleksikan bagaimana dunia anak-anak turut menjadi perhatian Bank Indonesia.
Koleksi pada zona ini menampilkan uang bertema anak dan edisi khusus, antara lain: Rp 5 (Koin, Seri Keluarga Berencana 1974), Rp 10 (Koin, Seri Tabanas 1975, 1980), Rp 10.000 (Tanpa Seri, 1992), Rp 200.000 dan Rp 10.000 (Seri Save The Children, 1990), Rp 20.000 (Tanpa Seri, 1998), Rp 150.000 dan Rp 10.000 (Seri Save The Children, 1999), serta Rp 75.000 (UPK Seri 75 Tahun Kemerdekaan Indonesia, 2020).
Baca Juga: Bank Indonesia Klaim Peredaran Uang Palsu Sudah Minim