Suara.com - Di balik senyum lembut dan langkah tenang seorang mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, tersimpan kisah perjuangan luar biasa. Safira Hasna namanya. Di usia yang masih sangat muda, ia sudah merasakan kehilangan kedua orang tuanya.
Safira menjadi piatu sejak duduk di bangku kelas 4 SD. Tak lama berselang, ujian hidup kembali datang. Saat ia naik ke jenjang SMP kelas 3, sang ayah meninggal dunia. Dunia seakan runtuh bagi Safira kecil. Ia benar-benar menjadi yatim piatu di usia yang belum menginjak remaja. Begitu lulus SMP, Safira langsung masuk Yayasan Panti Asuhan dengan status yatim piatu.
Namun, menjadi yatim piatu bukan berarti menjalani hidup tanpa masa depan. Dengan semangat belajar dan tekad yang kuat, Safira membuktikan bahwa keterbatasan tidak bisa menghalangi mimpi. Kini, semangat juangnya membuahkan hasil. Safira tercatat sebagai salah satu penerima Beasiswa Pemuda Tangguh dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

"Dengan beasiswa ini Alhamdulillah terbantu pembayaran UKT (Uang Kuliah Tunggal) semesteran, terbantu membeli alat-alat ataupun buku-buku yang diperlukan untuk kuliah," ujar Safira beberapa waktu lalu.
Bagi Safira, beasiswa itu bukan sekadar bantuan dana. Di balik angka dan nominal, tersimpan makna kepercayaan dan kesempatan untuk melanjutkan mimpi dan cita-cita. "Semoga saya dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk selalu belajar dan menggapai cita-cita dan berkontribusi untuk Kota Surabaya," tutur Safira.
Kisah Safira hanyalah satu dari ribuan cerita di balik penerima program beasiswa. Sejak diluncurkan pada 2021, Pemkot Surabaya telah mengucurkan Rp71 miliar untuk Beasiwa Pemuda Tangguh. Program ini telah menjadi simbol harapan bagi anak-anak muda Surabaya yang ingin melanjutkan kuliah meski dihadang keterbatasan ekonomi.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menuturkan, hingga kini sebanyak 5.908 mahasiswa telah merasakan manfaat program Beasiswa Pemuda Tangguh. Para penerima mendapatkan dukungan biaya hidup bulanan serta pembiayaan UKT.
"Alhamdulillah, insyaallah dengan anggaran 2026 nanti, setelah disahkan, maka (Beasiswa Pemuda Tangguh) akan kita tambah untuk 24.000 anak Surabaya,” kata Wali Kota Eri.
Wali Kota Eri menegaskan, Surabaya harus menjadi tempat yang ramah bagi anak muda untuk tumbuh dan berkembang. Sebab, kata dia, para generasi muda inilah yang kelak akan memajukan Kota Pahlawan. "Terus belajar, berkarya, dan berprestasi. Karena Surabaya selalu hadir untuk menjaga semangat generasi tangguhnya," pesannya.
Baca Juga: PNM Tantang Anak Muda Ciptakan Ide Kreatif untuk Majukan UMKM
Pada periode semester ganjil September 2025, sebanyak 2.766 mahasiswa dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa Pemuda Tangguh. Verifikasi ketat dilakukan agar bantuan benar-benar tepat sasaran dan menyentuh mereka yang membutuhkan.
Wali Kota Eri menjelaskan, beasiswa Pemuda Tangguh terbuka untuk semua warga Surabaya, namun prioritas diberikan kepada keluarga miskin dan pra-miskin. "Saya berharap yang sudah mampu, yang orang tuanya memiliki pendapatan tinggi, bisa tidak mengikuti beasiswa ini dulu. Mari kita bantu saudara kita,” ujarnya.
Verifikasi faktual dilakukan menyusul banyaknya pendaftar yang mencantumkan pekerjaan orang tua sebagai wiraswasta. "Setelah diverifikasi, ternyata ada yang memang bukan wiraswasta, dan ada wiraswasta yang gajinya sangat tinggi. Maka dari itu, kami mengutamakan yang orang tuanya berpenghasilan rendah," tegasnya.
Dari proses tersebut, ditemukan pula sejumlah kasus khusus yang menarik perhatian Pemkot Surabaya. Seperti di antaranya, mahasiswa tunarungu di Universitas Terbuka (UT) serta pendaftar yang baru kehilangan orang tuanya.
"Yang seperti ini, disabilitas, yang harus kita bantu. Pemerintah ini hadir. Sedangkan mahasiswa yang tinggal sendiri, kami minta untuk difasilitasi tinggal di RIAS (Rumah Ilmu Arek Suroboyo) agar bisa tinggal dengan teman-teman kuliah lainnya," tuturnya.
Terkait besaran beasiswa, Wali Kota Eri menjelaskan bantuan itu disesuaikan dengan kemampuan fiskal daerah dan kebutuhan penerima. "Kami memberikan bantuan maksimal. Kalau UKT-nya Rp10 juta, tidak mungkin kita berikan Rp10 juta. Sehingga kami berharap agar keluarga yang mampu tidak mengikuti ini dulu," katanya.