Dubes RI Djauhari Oratmangun: China Dukung Kita Jadi Pusat Produksi Vaksin

Kamis, 29 Oktober 2020 | 12:15 WIB
Dubes RI Djauhari Oratmangun: China Dukung Kita Jadi Pusat Produksi Vaksin
Ilustrasi wawancara. Dubes RI untuk China Djauhari Oratmangun. [Foto: Dok. KBRI / Olah gambar: Suara.com]

Lalu interaksi di antara people to people. Jadi, [hubungan] people to people itu kan fondasi. Dia menjadi dasar yang kuat untuk hubungan antar negara. Secara politik, hubungan itu bisa ups and down. Tetapi kalo hubungan people to people itu kuat, recovery-nya akan lebih cepat. Pengalaman kita dengan berbagai negara di mana saya pernah bertugas, seperti itu. Jadi paling tidak, based on my experience dan menurut banyak tulisan juga, itu menyatakan demikian.

Diplomasi Indonesia dengan Tiongkok [selama] 70 tahun vis-a-vis telah membawa manfaat yang signifikan bagi rakyat kedua negara. Dalam konteks ini tentunya untuk pembangunan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

Di tengah pandemi COVID-19 ini diplomasi kita dengan Tiongkok itu semakin kuat. Karena di kala hubungan persahabatan Indonesia yang saat ini sedang diuji, ternyata hubungan antar kedua negara justru semakin kuat. Apalagi dalam merayakan 70 tahun.

Nah, menghadapi tantangan pandemi ini, tentunya kita juga telah menentukan prioritas-prioritas diplomasi untuk menopang Indonesia. Bagaimana kita bisa memenangkan perang melawan pandemi COVID-19. Itu yang pertama. Kedua, bagaimana mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional. Jadi yang pertama adalah diplomasi vaksin. Kedua, diplomasi ekonomi.

Diplomasi vaksin dalam konteks ini termasuk [pengadaan] alat kesehatan, dan lain-lain. Karena di awal-awal, saat kita mulai menghadapi pandemi COVID-19, bantuan paling banyak datang dari China.

Lalu yang ketiga, diplomasi perlindungan Warga Negara Indonesia. Itulah yang menjadi arah prioritas diplomasi Indonesia di tahun 2020.

Di awal tahun, ada lima prioritas. Tapi kemudian dikerucutkan lagi pada periode akhir Januari sampai sekarang menjadi tiga. Dua lagi itu adalah keterlibatan kita dalam diplomasi regional dan internasional, jadi region and global diplomacy. Lalu, infrastructure diplomacy.

Dubes RI untuk China Djauhari Oratmangun di kantornya di Beijing. [Dok. Kemlu RI]
Dubes RI untuk China Djauhari Oratmangun di kantornya di Beijing. [Dok. Kemlu RI]

Jadi dalam konteks hubungan antara Indonesia dan Tiongkok terkait pandemi, ada tiga prioritas diplomasi.

Saya masuk ke diplomasi ekonomi dulu. Data-data yang akan saya sampaikan adalah data tahun 2020 saja supaya relevan, tidak ke 2019. Nanti saya singgung sedikit saja 2019.

Baca Juga: Penelitian Awal Vaksin Sinovac Dilakukan di Luar Negeri, Ini Kata BPOM

Jadi diplomasi ekonomi di Tiongkok pada masa pandemi ini adalah dalam konteks Indonesia incorporated. Yang terlibat bukan hanya pelaku-pelaku utama diplomasi, tetapi juga berbagai kementerian dan lembaga. Dan yang utama itu dengan pelaku-pelaku ekonomi. Jadi pengusaha-pengusaha kita, dan lain-lain.

Khusus di bidang perdagangan, saya sampaikan data periode Januari s/d Agustus 2020. Data ini baru kita dapat dari kepabeanan Tiongkok. Saya pakai data kepabeanan Tiongkok karena saya berada di sini, dan itu kan yang riil yang mereka dapatkan.

Volume perdagangan kita, Indonesia dan Tiongkok, mencapai US$ 48,7 miliar. Itu angka besar untuk situasi pandemi. Sedangkan total nilai ekspor, ini yang menarik, Indonesia ke Tiongkok pada saat ini, periode Januari sampai Agustus itu US$ 23,3 miliar. Ada pertumbuhan sebanyak 6,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Apa refleksinya? Refleksinya adalah dunia usaha kita, saat sedang pandemi pun, ternyata tetap bergerak untuk mengekspor. Saya rasa tidak hanya ke Tiongkok, mungkin juga negara-negara lainnya. Itu yang bisa menopang ekonomi kita. Partner dagang terbesar kan Tiongkok, dan US$ 23,3 miliar itu bukan angka yang sedikit.

Di periode ini juga, impor dari Tiongkok menurun sebesar 11,8 persen. Kita impor memang masih cukup banyak dari China, yakni US$ 25,4 milar, tapi angka itu menurun 11 persen. Kalo dibandingkan dengan tahun lalu, defisit perdangangan kita berkurang 69,2 persen. Kan lumayan. Jadi itu salah satu indikasi.

Saya sendiri berharap, kalau tren ini berlanjut terus, maka by the end of this year, akhir tahun, mudah-mudahan defisit kita dibandingkan dengan tahun lalu menurun secara signifikan.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI