Tapi di Provinsi Yunnan industri juga berkembang pesat seperti geothermal?
Iya, betul. Di sana memang [industri] berkembang pesat, juga industri pariwisata.
Apakah dalam pertemuan kemarin dibahas secara khusus kerja sama ekonomi antara Yunnan dengan Indonesia?
Oh, ndak, hanya dengan RRT [Republik Rakyat Tiongkok --Red]. Khusus dengan Yunnan, saya sudah janji dengan pemerintah di sini bahwa saya akan kembali lagi untuk bahas secara detil apa yang bisa dilaksanakan [dalam] kerja sama antara Yunnan dengan Indonesia.
Mereka sudah punya sister province di Indonesia. Dengan Bali kalo gak salah. Dan di sini kota yang berpotensi juga. Ada hal-hal atau sektor-sektor yang punya potensi untuk bisa dibuat kerja sama dengan Indonesia. Saya sudah janji dengan pemerintah di sini, nanti saya akan buat kunjungan khusus saja ke sini.
Apakah akan mem-follow up hasil pertemuan Menko Maritim & Investasi dengan Menlu China?
Gak juga. Enggak. Karena yang kita bahas kalo antara menteri itu kan secara keseluruhan, China. Sedangkan kalo nanti yang mau saya jadwalkan berkunjung ke sini itu, bagaimana Yunnan dan tentunya provinsi-provinsi yang bisa kita identifikasi sesuai dengan apa yang menjadi kekuatan di Yunnan. Misalnya sektor seperti yang sudah dibilang tadi, geothermal, pariwisata, dan pertanian. Mereka kuat di sini. Tapi untuk itu, saya akan adakan kunjungan khusus ke sini.
Setelah pertemuan di Yunnan, media di tanah air menyoroti rencana pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen baterai terbesar di dunia. Apakah topik ini dibicarakan khusus? Bagaimana timeframe mewujudkan itu?
Atau sebelum ke situ Mbak, mungkin saya gambarkan dulu hubungan bilateral Indonesia-Tiongkok secara keseluruhan dulu, baru nanti kita masuk ke yang khusus-khusus.
Baca Juga: Penelitian Awal Vaksin Sinovac Dilakukan di Luar Negeri, Ini Kata BPOM
Oke.
Jadi, tahun 2020 ini pasti akan lekat dalam ingatan kita semua, karena kita dihadapkan pada pandemi COVID-19. Tetapi buat saya yang bertugas di sini, ini platinum jubilee sebenarnya [dalam konteks] 70 tahun hubungan Indonesia dan Tiongkok.
Hubungan diplomatik sudah dimulai sejak 19 April tahun 1950. Jadi udah lumayan itu. Sudah 70 tahun; sudah 7 dekade kan. Itu bukan waktu yang singkat dalam hubungan antar dua negara di mana kita [RI] pun baru berusia 75 tahun. Jadi, lima tahun setelah merdeka, kita sudah menjalin hubungan bilateral dengan China.
Banyak yang telah diraih selama 70 tahun, khususnya dalam 10 tahun atau dekade terakhir. Misalnya, komitmen pemimpin kedua negara untuk menjalin hubungan yang setara dalam konteks kemitraan. Karena itu kita sebut [hubungan] dengan China itu adalah comprehensive strategic partnership. Kalo sebelumnya hanya strategic partnership, maka sejak 2013 itu kita elevate jadi comprehensive strategic partnership. Nah, itu [hubungan] saling mendukung dan menghormati.
Lalu yang kedua, nilai perdagangan kita. Perdagangan antar kedua negara itu meningkat secara signifikan. China sekarang menjadi partner dagang kita yang terbesar di dunia. Nanti saya jelaskan, berapa angka-angkanya.
Yang ketiga, kegiatan di bidang investasi. China sekarang investor terbesar ke-2 di Indonesia. Kalo ditambah dengan Hong Kong, jadi Tiongkok dan Hong Kong [digabung], maka menjadi terbesar pertama. Kalo Tiongkok sendiri, terbesar ke-2, sedangkan Hong Kong terbesar ke-4. Pertama Singapura, kedua Tiongkok, ketiga Jepang, dan keempat Hong Kong. Itulah investor-investor utama di Indonesia.