Sejarah mencatat dari tahun 2010 hingga 2019 menjadi dekade terpanas.
Perubahan iklim tidak hanya menyebabkan kenaikan suhu Bumi, tetapi juga fenomena cuaca ekstrem.
Di sinilah pemanasan yang tidak proporsional di Kutub Utara berperan, kata Stefan Rahmstorf, kepala departemen penelitian Analisis Sistem Bumi di Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK).
Suhu di Kutub Utara telah meningkat lebih dari dua kali lebih cepat dari rata-rata kenaikan suhu global selama 40 tahun terakhir.
"Perubahan ini memengaruhi cuaca di Eropa."
Memanasnya kutub sangat kuat di musim dingin, kata Dörthe Handorf, yang meneliti fisika atmosfer di Institut Alfred Wegener dari Pusat Penelitian Kutub dan Laut Helmholtz (AWI).
"Seperti yang ditunjukkan oleh banyak penelitian, ini melemahkan jet stream."
Aliran angin mulai berubah, kata Handorf, yang dapat menyebabkan lebih banyak pelemahan yang memengaruhi suhu di Eropa.
Akankah perubahan iklim membuat musim dingin di Eropa lebih dingin?
Baca Juga: Gletser di Himalaya Ancam Nyawa Ratusan Orang, Dampak Pemanasan Global?
Perubahan iklim tidak serta merta membuat musim dingin di Eropa menjadi lebih dingin karena hembusan udara dingin dari polar vortex terkadang lebih ringan daripada cuaca dingin saat ini.
Kutub Utara juga bukan satu-satunya bagian dunia di mana aliran udara berubah karena kenaikan suhu.
Pemanasan yang kuat di daerah subtropis juga memengaruhi jet stream, kata Handorf.
Sementara pemanasan di Kutub Utara cenderung mengarahkan jet stream ke selatan dan menyebabkan musim dingin di Eropa, pemanasan di daerah subtropis umumnya mengarahkan jet stream ke utara.
Jika demikian, kata dia, cuaca musim dingin di Eropa akan lebih sejuk. Pemodelan iklim masih belum dapat mengetahui tren pemanasan mana yang akan mendominasi di masa depan, tambahnya.
Apa penyebab turunnya salju lebat?